Part 3 : San

1651 Kata
Setelah beberapa hari yang lalu, ucapara penerimaan mahasiswa baru diadakan dan proses registrasi penentuan mata kuliah yang akan diambil serta proses perkenalan klub yang ada di dalam kampus sudah dilaksanakan, akhirnya hari ini jadwal perkuliahan sudah dapat dimulai dengan sebagai mana mestinya. Reina yang sempat berbincang-bincang dengan Miyu dan Sora tadi, melambaikan tangannya dengan berat hati, karena ia harus berpisah dengan kedua temannya itu untuk pergi ke kelas Reina sendiri. Beruntung, Reina tidak harus berjalan jauh untuk menuju ke kelasnya. Sejak ia berjalan menyusuri koridor tadi, banyak pria-pria yang melirik Reina. Bahkan beberapa orang tak segan untuk berkenalan dengan Reina, dan gadis itupun menyambut mereka dengan senang hati, karena memang Reina dikenal karena kepribadiannya yang mudah bergaul dengan siapapun, selain menarik perhatian karena wajah Reina yang cantik, ia memang menarik karena pembawaannya yang ramah dan ceria. Reina sudah sampai di kelasnya, ia memilih untuk duduk di tempat yang sedikit ke atas, karena bangku dan meja yang menyatu, melengkung membentuk sebuah tingkatan, terpisah menjadi tiga baris, di pinggir kanan dan kiri, dan meja paling panjang ada di tengah, tempat-tempat duduk itu dipisahkan sela jalan untuk lewat. Jujur saja, Reina memang kurang suka dalam hal belajar, makanya ia lebih memilih duduk di bagian atas. Gadis itu memutuskan untuk mengutak-atik ponselnya, karena bosan menunggu mata kuliah pertama yang akan ia ikuti, juga karena ia belum mendapatkan teman untuk mengobrol. Sesekali ia menengok ke sekelilingnya hanya untuk tersenyum kepada calon-calon teman baru di kelasnya. Sebenarnya, ia merasa kurang nyaman karena sejak tadi beberapa pria memperhatikannya, membuatnya tak leluasa, tapi ia berusaha tetap acuh, toh pada akhirnya mereka akan saling mengenal. Perhatian Reina teralihkan ketika seorang gadis memasuki kelas dengan membuat sedikit kegaduhan, karena tiba-tiba pria di dalam kelas menjadi riuh membicarakan gadis itu. Ya, tentu saja karena penampilannya yang menarik dan ia juga terlihat sangat imut dengan poninya. Gadis yang kemarin menabrak Miyu, Reina masih ingat sekali dengan wajah angkuhnya. s**l sekali Reina harus sekelas dengan gadis itu. "Yume, kau ingin duduk dimana?" Oh, namanya Yume. Tak sengaja Reina mendengar temannya memanggil gadis itu. Tapi sepertinya gadis itu tak bisa berbicara, karena dia tidak menjawab pertanyaan temannya itu dan justru duduk di bangku yang tepat dua tingkat di bawah Reina, diikuti teman-temannya yang terlihat tak merasa kesal karena sudah diabaikan. Cih, ntah mengapa Reina yang menjadi sebal melihatnya. Bukan hanya karena sikap arogan gadis itu, tapi juga karena kini ada dua gadis cantik di kelasnya yang akan menjadi pusat perhatian. *** "Miyu, kau dimana?" Suara Sora terdengar sangat nyaring ketika Miyu baru saja mengangkat ponselnya yang berdering, hingga Miyu harus menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Seperti biasa, Sora sangat bersemangat tiap harinya. "Aku baru saja melihat-lihat perpustakaan dan meminjam beberapa buku disini," jawab Miyu. "Serius, kau melakukan itu?" "Ya, Sora, ada apa?" "Tidak apa, kau tiba-tiba menghilang usai kelas tadi, aku bersama Reina sekarang, kami mencarimu." "Klub membaca sudah menerimaku menjadi anggota mereka." "Benarkah? Cepat sekali." "Ya, tidak banyak mahasiswa yang mendaftar di klub ini, makanya hari ini sudah diumumkan dan lusa kami akan mengadakan kegiatan untuk me-review sebuah komik ataupun novel untuk anggota baru, jadi aku pergi untuk mencari buku yang menarik," jelas Miyu. "Oh, baiklah kalau begitu, kau harus melakukan yang terbaik!" ucap Sora di seberang memberi semangat. "Terimakasih, Sora." "Omong-omong, aku dan Reina akan pergi makan siang. Apa kau mau ikut?" "Tidak, kalian saja, aku sudah membeli roti dan jus tadi," tolak Miyu. "Kalau begitu baiklah, selamat mengerjakan tugas pertamamu, Miyu, see you later." Begitu Sora menutup panggilan, Miyu segera memasukkan ponselnya ke dalam tas. Karena tak punya waktu banyak, ia berniat mencari sebuah tempat untuk membaca komik yang ia temukan di perpustakaan tadi, komik yang sudah direkomendasikan oleh temannya. Dengan membekal sekotak jus dan sebungkus roti, Miyu akhirnya menemukan tempat yang menurutnya tepat untuk menikmati waktu membacanya. Di sebuah pohon rindang di halaman kampus, yang terdapat kursi panjang di bawahnya. Miyu akan membaca disana. Dengan riang Miyu menuju kursi yang tak jauh darinya berdiri itu. Disana terlihat banyak orang berlalu lalang bersama teman-temannya, tapi bagi Miyu, membaca seorang diri lebih menyenangkan. Ia menaruh tas di sebelahnya dan mulai membuka lembaran komik yang ia bawa dan meminum s**u jus jeruknya. Benar kata teman Miyu, komik itu sangat menarik sejak awal, tak heran jika ia memasukkannya ke dalam daftar komik favoritnya. komik itu menceritakan tentang perjuangan seorang laki-laki yang bercita-cita menjadi pemain basket profesional. Dengan visual gambar yang benar-benar menarik bagi kaum hawa. Waktu berlalu hingga tak terasa Miyu hampir menyelesaikan satu bab bukunya. Tetapi Miyu ingat bahwa sebentar lagi ia harus mengikuti mata kuliah ketiga yang sudah ia pilih hari ini. Miyu menguap merasa mengantuk karena angin hangat yang membelai kulitnya dengan lembut. Ia diam terduduk menutup bukunya, melawan rasa kantuknya, gadis itu memandangi lapangan olahraga yang tepat ada di hadapannya. Matanya membulat, rasa kantuk hilang ketika ia mendapati beberapa pria sedang asik bermain bola basket. Tidak, tetapi hanya satu pria yang menjadi pusat perhatiannya. Ia kembali membuka komik yang sudah ia tutup tadi, lalu melihat ke arah pria itu, dan melakukannya berulang-ulang. Miyu menyadari sesuatu, ia buru-buru Miyu mengambil ponselnya untuk menelpon seseorang dengan tak sabar. "Halo, Miyu," sapa seseorang di seberang. "Kau tau? Aku melihat Rukawa disini," tukas Miyu pada intinya. Ya, ia merasa salah satu pria yang sedang bermain basket di lapangan sangat mirip dengan tokoh komik yang baru saja Miyu baca. "Rukawa?" "Iya, tokoh yang sangat kau sukai di komik yang baru saja kau rekomendasikan untukku." Teman Miyu tertawa, sepertinya ia menganggap Miyu hanya bercanda. "Mana mungkin, dia hanya sebuah tokoh dalam komik." "Benar, tapi dari potongan rambut dan penampilannya, dia sangat mirip dengan Rukawa kesukaanmu. Aku serius, ini adalah Rukawa versi nyata," jelas Miyu menggebu-gebu. Ia masih memperhatikan pria yang memakai kaus hitam dan mengenakan headband di kepalanya seperti Rukawa yang tengah bermain basket. "Benarkah?" "Ya!" "Cepat ambil potonya, dan kirimkan padaku." "Baik, tunggu." Miyu menutup panggilan. Ia mencoba untuk memotret pria itu diam-diam dari kejauhan, dan mengirimkannya melalui pesan instan. Tak lama teman Miyu membalas dengan mengatakan bahwa poto Miyu tidak jelas. Ia menyarankan Miyu untuk memotretnya dengan jarak yang lebih dekat. Dan kini Miyu bingung, bagaimana ia harus melakukan hal itu? Tapi mau bagaimana lagi, Miyu terlanjur bersemangat untuk membuktikan kata-katanya. Miyu memutuskan untuk lebih mendekat ke arah lapangan. Ia berjalan perlahan hingga sampai ke pinggir lapangan. Miyu yakin dirinya tidak terlalu menonjol, karena penampilannya yang biasa dan beberapa gadis juga tengah berdiri di pinggir lapangan itu untuk menonton. Miyu memilih untuk melihat dari luar pagar kawat berbentuk jaring yang mengelilingi lapangan tersebut dan menunggu waktu yang tepat untuk mengambil gambar pria itu. Ketika pria itu berada di jarak yang sangat dekat dengan Miyu, saat itulah Miyu harus memotretnya. Ponsel sudah ia siapkan di tangan, dengan tangan satunya masih menggenggam komik, mata Miyu juga sigap mengamati tiap gerakan targetnya. Tak lama, waktu yang Miyu nanti-nantikan datang, pria itu berlari membawa bola ke arah ring basket, yang mana Miyu berdiri tepat di depan ring tersebut. Tanpa sadar Miyu tersenyum, karena akhirnya ia mendapatkan timing yang tepat. Tapi, senyumannya pudar ketika ia mendapati di dalam kamera, pria itu ternyata sadar dengan apa yang Miyu lakukan. Perlahan Miyu menaikkan bola matanya, melirik pria yang sedang menatapnya heran itu. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanyanya sedikit berteriak. Habislah Miyu. Ia menggigit bibir, dan membalik tubuhnya untuk segera pergi. Ia baru saja tertangkap basah memotret orang secara diam-diam seperti penguntit. Miyu melangkah cepat untuk kabur dari situasi yang menjeratnya saat ini. "Hei, tunggu! Apa yang kau lakukan barusan itu?" teriak sang pria lagi. Gawat, apa pria itu mengejarnya? Miyu harus berlari. Tapi s**l sekali, komik yang ia pinjam terjatuh. Miyu ingin mengambil komik itu, tapi tidak sempat karena suara 'Rukawa' semakin mendekat mengejarnya. Karena terlalu malu dan tidak ingin mendapat masalah, Miyu harus mengabaikan komiknya. Ia memilih untuk lari dan bersembunyi. Gadis itu akan mencarinya nanti, jika tidak bisa ditemukan ia akan meminjam pengeras suara kampus dengan membuat pengumuman barang hilang. Apapun itu yang terpenting saat ini ia harus bersembunyi sebelum pria itu berhasil mengejar dan melihat wajahnya. *** "Ken, apa yang kau lakukan?" Satu suara tak asing bertanya pada Ken Tanaka, ketika pria itu sedang memungut sebuah buku yang terjatuh. Buku yang dibawa oleh gadis aneh yang berusaha memotretnya diam-diam tadi. Baguslah, ada jaminan untuk Ken mencari penguntitnya itu nanti. Baru kali ini dalam hidupnya ada gadis yang terlalu berani menunjukkan keagresifannya. Selama ini, Ken memang dikelilingi banyak gadis yang menjadi penggemarnya, tetapi mereka secara terang-terangan menunjukkan bentuk dukungannya pada Ken, bukan sebagai penguntit. Walaupun sebenarnya banyak poto Ken yang diambil secara diam-diam sudah tersebar. Mungkin saja gadis itu pelakunya, Ken akan memberinya pelajaran jika ia berhasil menemukannya. "Hanya memungut benda yang terjatuh, Shin," jawab Ken. "Ryuu-sensei memanggil kita." "Ada apa?" "Tidak tau." "Cih, baiklah, kalau begitu ayo kita temui dia, sebelum dia berbuat macam-macam untuk merepotkan kita," ajak Ken berdecak. Tapi Shin Yamamoto masih bergeming menatap ke arah lapangan basket. "Dimana, Anzu?" tanyanya. "Ada apa mencarinya?" Shin terdiam, mengalihkan pandangan pada Ken. "Untuk memberitahunya," jawab Shin singkat pada akhirnya. Biasanya Anzu memang sering terlihat bermain basket bersama Ken, karena memang mereka dari klub yang sama, yaitu klub basket. Dan Ken adalah ketua klub tahun ini, menggantikan Anzu. "Mungkin dia sudah terlebih dahulu menemui Ryuu-sensei." Ken menepuk punggung Shin, memberi isyarat untuk segera menuju ke kelas spesial tempat biasa mereka mengadakan pertemuan selain di ruangan Ryuu-sensei. Sepanjang jalan, Ken dan Shin tidak lepas dari pandangan memuja hampir seluruh gadis yang mereka lewati. Bagaimana tidak? Wajah yang tampan, rahang tegas dengan postur tubuh yang tinggi tegap adalah idaman wanita-wanita saat ini, terlebih lagi mereka adalah mahasiswa dari kelas spesial yang pastinya tidak diragukan lagi bagaimana kekuatan keluarga mereka di Jepang. Selain itu, Ken dan Shin terkenal karena menjadi ketua dari klub yang peminatnya cukup banyak dan tenar di kampus itu. Kedua makhluk yang menyilaukan sedang berjalan tanpa mereka ketahui banyak gadis yang berimajinasi menjadi kekasih mereka. Ya, Kingdom Academy adalah surganya gadis cantik dan pria tampan. Tertarik untuk bergabung? Tbc....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN