Fira menarik napasnya dalam-dalam sebelum menceritakan tentang pertemuan dirinya dan mamanya. “Dia tidak berubah, dan aku … tidak berdaya untuk membuatnya lebih baik. Kejahatan sudah mendarah daging. Tapi aku tetap berharap yang terbaik untuknya.” Edwin mengusap-usap pundak dan punggung Fira lembut, lalu mendekapnya. Liam tiba-tiba merengek, tangannya menunjuk-nunjuk d**a Fira. “Haus, Sayang?” tanya Fira dengan tatapan lembutnya ke Liam, menurunkan kancing depan di d**a dan mengeluarkan salah satu buah dadanya. Liam tampak tidak sabar saat matanya tertuju ke d**a mamanya, tangannya menarik-narik baju Fira, dan Fira dengan telaten menyusukannya. “Duh, sabar dong, Sayang,” ujar Edwin, tersenyum hangat melihat tingkah Liam yang tidak sabaran. Dia menarik tangan Liam yang memegang kuat ba

