“Lalu aku menemui dosen, dan setelah bimbingan selesai, aku pulang. Baru saja aku ke luar portal kampus, tiba-tiba mobil melesat cepat dari belakang dan dengan sengaja menyenggol motorku, lalu aku jatuh ke dalam got.” “Dan mobil itu adalah mobil Arman,” tebak Edwin cepat. “Tepatnya milik papanya, dan dia yang mengendarainya.” Edwin mengusap-usap bahu Fira, sehingga Fira merasa nyaman hingga dia dengan sengaja menyenderkan kepalanya di d**a lebar Edwin. Tampak wajah Edwin berubah sangat serius, seolah sedang merencanakan sesuatu. “Lain kali kamu izin kalo ke kampus, jadi aku nggak bertanya-tanya,” ujar Edwin tiba-tiba. Dia masih merasa kesal akan sikap Fira tadi pagi, pergi tanpa pamit. “Aku sudah ke kamarmu, tapi sepertinya kamu masih nyenyak tidur.” “Buka saja, dan bangunkan aku.”

