Di hari kedua, Lumina kembali ke mansion megah Nigel. Pelayan mempersilahkannya masuk dan Lumina langsung menuju ke kamar Nigel.
Dia melangkah pelan di sepanjang koridor rumah megah itu, tangannya menggenggam erat tali totebag yang disampirkan di bahunya.
Suara langkah kakinya bergema di lantai marmer yang mengilap, menambah kesan sunyi yang sudah menyelimuti rumah itu sejak dia datang.
Ketika melangkah masuk menuju ruangan tengah, dia melihat seorang pria dengan perawakan yang sempurna.
Pria itu tinggi dan gagah. Wajahnya tampan namun ada kesan yang sangat dingin dalam ekspresinya.
Langkah Lumina terhenti dan mereka saling menatap dalam beberapa detik hingga pria itu mengeluarkan suara baritonnya yang berat dan dingin.
“Siapa kau?”
“Halo, Tuan. Aku Lumina, guru privat Nigel.” Lumina menjawabnya dengan tenang dan sopan meskipun ada gemuruh besar di dalam dadanya ketika melihat pria tampan itu.
Pria itu tak mengatakan apa pun, lalu Annie, ibu Nigel keluar dari area ruang makan.
"Jadynn, dia Lumina. Guru Nigel," kata Annie, suaranya datar namun penuh hormat.
Jadynn menyipitkan matanya yang tajam dan dingin menatap Lumina seolah sedang menilai setiap inci dari dirinya.
Dia tidak tersenyum, hanya mengangguk singkat.
“Lumina, dia suamiku, Jadynn. Oh ya, Nigel sudah menunggumu di kamar,” kata Annie dengan senyumnya.
Lumina mencoba tersenyum dan mengangguk, meskipun hatinya berdebar kencang. "Senang bertemu denganmu, Tuan Jadynn."
Jadynn tidak membalas senyumannya. Dia hanya mengalihkan pandangannya lalu Lumina kembali melangkah menuju kamar Nigel.
Dari kejauhan, dia mendengar perdebatan antara Annie dan Jadynn. Dan dia berusaha cuek dengan hal itu karena bukan urusannya.
*
*
Lumina masuk ke dalam kamar Nigel dan bocah kecil itu tampak sedang bermain dengan pengasuhnya.
“Hai, Nigel. Kau sudah menungguku?”
Nigel menoleh dan mengangguk.
Lumina tersenyum dan kemudian menyiapkan buku-bukunya. “Ayo, kita mulai belajar. Aku akan membuat sesi belajar ini sangat menyenangkan untukmu.”
Nigel mengangguk penuh semangat. Meskipun tak banyak bicara, Nigel terlihat senang dengan kedatangan Lumina yang membuatnya merasa diperhatikan.
*
*
Satu jam kemudian, Lumina memberikan waktu pada Nigel untuk istirahat sejenak. Dia tak ingin masa bermain Nigel terabaikan karena Nigel masih kecil.
“Nanny, aku ingin ke kamar mommy sebentar,” kata Nigel pada pengasuhnya yang selalu menemaninya.
“Mommy sedang keluar. Bagaimana jika kita ke dapur saja mengambil kue yang dibuat oleh bibi? Mungkin Miss Lumi juga mau.”
Nigel mengangguk. “Aku saja yang mengambilnya. Nanny tunggu di sini. Aku bisa mengambilnya sendiri,” kata Nigel.
Sang Nanny tersenyum. “Baiklah. Nanny akan menunggu dengan Miss Lumi di sini. Ingat, jangan ke ruangan kerja daddy, oke?”
Nigel mengangguk mengerti lalu keluar dari kamar. Lumina melihat kepergian Nigel dan kemudian menatap wajah Nanny yang terlihat kasihan pada Nigel.
Namun Lumina tak menanyakan apa pun karena sekali lagi itu bukan urusannya. Tapi, beberapa detik kemudian sang Nanny mengatakan sesuatu.
“Kasihan dia … tak mendapatkan perhatian dari ibunya bahkan dari Tuan Jadynn. Meskipun dia mendapatkan segalanya, tapi dia sangat kurang kasih sayang,” gumam Sang Nanny yang bernama Lidya itu.
Lumina menolah dan menutup bukunya. “Kenapa bisa begitu? Apakah mereka sibuk?”
“Tidak.” Lidya menghela napasnya dengan berat. “Hubungan orang tuanya tak harmonis. Semuanya sudah rumit sejak awal. Sebenarnya, Tuan Jadynn adalah tunangan kakak Nyonya Annie, tapi ibu Nigel itu membuat hubungan mereka hancur karena dia mengatakan telah mengandung anak Tuan Jadynn. Dari gosip yang kudengar, mereka pernah tak sengaja melakukannya dan akhirnya Nyonya Annie hamil. Lalu mereka akhirnya menikah karena permintaan keluarga Nyonya Annie. Tapi, setelah dites DNA, Nigel bukanlah anak Tuan Jadynn. Dan mirisnya lagi, Ellie, kakak Nyonya Annie tak ingin kembali pada Tuan Jadynn. Sekarang dia juga sudah menikah. Percintaan segitiga yang sangat rumit, bukan? Dan korbannya adalah Nigel.” Lidya menceritakannya dengan detail pada Lumina.
“Kenapa kau menceritakan semua ini padaku?” tanya Lumina. “Aku baru dua hari kerja di sini.”
“Agar kau tahu situasi keluarga ini dan bisa mengambil sikap nantinya. Aku … akan berhenti bekerja bulan ini. Aku akan menikah dan sebenarnya aku berat meninggalkan Nigel. Tapi aku tak punya pilihan karena aku harus mengikuti calon suamiku. Itulah kenapa Nyonya Annie mencari pengasuh lagi tapi tak ada yang cocok. Hingga akhirnya dia memilihmu. Meskipun kau hanya akan mengajar dua jam, tapi setidaknya kau akan di sisi Nigel ketika dia akan tidur malam nanti. Selebihnya, Nigel akan masuk sekolah full day.”
Lumina mengangguk dan merasa sedih dengan nasib Nigel. Meskipun berlimpahan harta, tapi Nigel jarang merasakan kehangatan keluarga pada umumnya.
“Bukankah sebaiknya mereka bercerai? Karena ini tak baik untuk Nigel dan untuk mereka berdua pastinya.”
Lidya mengangguk. “Kau benar, tapi kita tak bisa melakukan apa pun karena itu bukan urusan kita. Mungkin Tuan Jadynn punya kesapakatan lain dengan Nyonya Annie. Tak ada yang tahu apa yang ada di dalam pikiran mereka. Orang-orang kaya selalu memiliki sisi gelap, dan itu sangat menakutkan. Mereka tak terlihat seperti dari luar. Terlalu banyak skandal yang terjadi di lingkungan mereka.”
“Ya, itu memang bukan urusan kita.” Lumina mengangguk.