Langit pagi di atas kota masih kelabu ketika Serena membuka jendela apartemennya. Udara segar menerpa wajahnya, tapi tidak cukup untuk menghilangkan bayangan pria yang sudah dua minggu tidak menghubunginya. Jevynn. Dia menghela napas, memandangi ponsel yang tergeletak di atas meja—bersih dari notifikasi, apalagi pesan darinya. Hubungan mereka hanya sekadar hubungan ranjang tanpa ikatan. Kalimat itu terus bergema di kepalanya. Dia sudah melakukan bagiannya—tidak menelepon, tidak mengirim pesan menggoda seperti dulu. * Serena berjalan menyusuri koridor dengan tumpukan dokumen kelulusan di tangan. Semua sudah beres—administrasi selesai, proyek profesional disahkan, tinggal menunggu wisuda bulan depan. "Serena! Akhirnya ketemu juga," sapa May, teman sekelasnya, dari ujung loro