Ervan mendongak dari kursi kerjanya begitu pintu ruangannya terbuka begitu saja, lalu muncul Zia serta Maya di belakang perempuan yang berpakaian minim itu. "Maaf, Pak, saya udah bilang kalau Bapak lagi nggak ingin diganggu. Tapi Mbak Zianya maksa untuk masuk," ujar Maya yang menahan rasa kesal--geram akan tingkah salah satu BA mereka itu. Zia mendelik. "Gue udah bilang, ada yang mau diomongin soal kerjaan. Penting." "Tapi kan bisa lain-- " "Udah lah, lo keluar aja sana. Tinggalin gue di sini. Gue ada perlu sama bos lo." Ingin rasanya Maya menjambak rambut perempuan itu. Tahan, May... tahan. Maya membatin. "Kamu nggak usah keluar, May. Tetap di sini aja!" sela Ervan. Dia memijit alisnya pusing menghadapi tingkah Zia yang semakin menjadi-jadi padahal sudah beberapa kali dia menegur p