Bianca menatap dirinya di cermin, mengenakan gaun pernikahan putih yang seharusnya melambangkan kebahagiaan dan harapan baru. Namun bagi Bianca, gaun itu terasa seperti belenggu yang menekan setiap tarikan napasnya. Rambutnya tersisir rapi, wajahnya dirias cantik, tapi matanya tetap memancarkan kesedihan yang tak bisa disembunyikan. Di sisi lain, Damian sudah menunggu di pelaminan. Jasnya rapi, sikapnya tenang, wajahnya maskulin dan karismatik, namun Bianca tahu, tidak ada senyuman di hatinya, tidak ada cinta yang tulus di antara mereka. Damian melangkah maju ketika musik pengiring mulai terdengar. Bianca menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri, namun hatinya berdebar tak karuan. Ia menoleh ke Anjani yang berdiri di samping, sahabatnya yang selama ini menjadi satu -satunya sandar