Damian akhirnya menarik napas panjang, menahan diri agar tidak larut lebih jauh. Ia menatap wajah Bianca yang kini tampak begitu lemas namun tenang bersandar di dadanya. Butiran keringat halus membasahi pelipis keduanya, namun yang tersisa hanya kehangatan dan debar yang menyatu di antara mereka. Perlahan, Damian menarik napas dalam lalu mengecup kening istrinya. "Sudah cukup, sayang … aku nggak mau kamu kelelahan," ucapnya lirih sambil menyibak rambut Bianca yang menempel di pipi. Bianca hanya tersenyum kecil, menatap suaminya dengan tatapan lembut yang penuh rasa syukur. "Mas selalu saja membuat aku lupa waktu," bisiknya pelan. Damian tertawa kecil, lalu meraih tisu di atas meja dan membantu membersihkan keringat di wajah istrinya. Gerakannya lembut, penuh kasih sayang, jauh dari s