Belanja Bersama

1723 Kata
Andra tidak pernah menduga jika wanita yang berstatus sebagai istri sahnya tersebut akan bertanya perihal penting yang harusnya tidak pernah dia bahas dengan sembarangan, menurutnya. Seketika rahang lelaki itu terlihat mengeras karena emosinya sudah mulai terpancing ingin naik ke permukaan. “Perjanjian apa? Perjanjian yang mana?” tanya Andra bertubi-tubi. Bahkan, lelaki tampan itu juga memberikan tatapan tajamnya tepat ke dalam manik mata almond Caca. Tubuh tegapnya juga terlihat memangkas jarak antara dirinya dan sang istri. Caca tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh suaminya. Bagaimana lelaki yang berdiri tepat di depan matanya ini lupa dengan perjanjian yang dia berikan sendiri kepadanya. Karena tidak ingin berdebat dengan suaminya di tempat umum, membuat wanita itu pun lebih memilih untuk mengalah. Meskipun dirinya juga memberikan tatapan tidak percayanya, tetap saja itu membuat Andra tidak peduli. “Mas …,” lirih Caca seolah-olah tak percaya. “Jangan pernah memancingku, kamu mau membantah ucapan suami kamu?” tanya Andra dengan penuh penekanan. Melihat tatapan yang mengintimidasinya membuat Caca akhirnya menggelengkan kepalanya dengan perlahan. Meskipun wanita itu tidak suka diintimidasi, ia tetap harus menekan emosinya yang juga turut naik ke permukaan. “Caca … sorry aku telat, eh … ada Pak Andra juga,” ucap Tia dengan tiba-tiba. Entah gadis itu muncul dari arah mana, tapi yang jelas kini ia telah berada di dekat sahabatnya. Bahkan, ia tampak sedikit terkejut dengan kehadiran Andra yang menemani istrinya untuk berbelanja. Melihat sahabat baiknya telah berdiri di dekatnya, seketika membuat Caca pun tersenyum. Wanita cantik itu tidak ingin Tia melihat gelagat aneh dari dirinya dan suaminya. Oleh karena itu, ia pun langsung terlihat mengamit lengan suaminya dan bersikap seakan tidak pernah terjadi apa-apa. “Eh … hai, kamu sendirian? Katanya mau sama si Rio,” tanya Caca. “Ya, dia masih cari parkiran. Tadi aku turun di depan lobi karena takut kamu nunggu kelamaan,” jawab Tia menjelaskan. Tak lama kemudian muncul lelaki tampan bertubuh jangkung dengan wajah mirip artis korea. Caca tahu jika lelaki yang baru saja muncul tersebut adalah Rio. Tia pernah mengirimkan foto lelaki tersebut dan meminta pendapatnya, jadi Caca sudah pasti bisa menebak kehadiran Rio. “Kenalin ini sahabat ku Caca dan ini suaminya, Pak Andra,” ucap Tia memperkenalkan lelaki yang datang bersamanya. “Rio …,” ucap lelaki itu memperkenalkan diri. “Andra … Caca,” jawab sepasang suami istri tersebut sambil menyambut uluran tangan untuk bersalaman secara bergantian. Setelah berbasa-basi sejenak, lalu mereka pun berjalan menuju ke sebuah toko baju dengan merk terkemuka. Kedua lelaki itu tampak duduk menunggu kedua wanita yang sedang tampak asik memilih pakaian yang menarik perhatiannya. Sambil memilih-milih baju, keduanya juga tampak berbincang ringan, sedangkan kedua lelaki yang duduk berjauhan tampak saling terdiam. Mata elang Andra terus menatap istrinya yang tampak fokus memilih pakaian. Bahkan, lelaki itu tampak tidak mengedipkan matanya, karena jika ia mengedipkan matanya akan membuat bayangan istrinya seolah-olah menghilang dari pandangannya. Beberapa saat kemudian, tanpa sengaja mata Andra melihat jika Rio tampak sedang melihat Caca dengan tatapan yang sulit diartikan. Melihat itu, tiba-tiba ada rasa marah yang menjalar ke seluruh hatinya. Bahkan, lelaki itu juga terlihat langsung mengeraskan rahangnya sebagai pelampiasan rasa kesalnya. Karena tak ingin istri cantiknya ditatap dengan begitu lekat oleh lelaki asing yang baru dia kenal, maka Andra pun segera beranjak dari duduknya dan berjalan menghampiri Caca. “Udah selesai? Kalau belum cepatlah, aku masih ada urusan penting,” ucap Andra bernada dingin. Caca yang tidak mengerti dengan maksud suaminya hanya bisa mengerutkan kedua alisnya. Wanita itu sebenarnya juga merasa tidak enak jika harus meninggalkan sahabatnya. Bahkan, mereka belum selesai memilih pakaian yang hendak mereka beli. Namun, suaminya seolah-olah ingin mengajaknya pulang sekarang juga. “Caca udah selesai, kok,” ucap wanita berparas cantik tersebut. Pada akhirnya tidak ada yang ia beli karena belum menemukan yang cocok. Wanita dengan segala kelembutannya itu lebih memilih mengikuti apa yang dikatakan oleh suaminya karena tidak ingin berdebat lagi di tempat umum. Apalagi saat ini ada sahabatnya dan Rio yang sedang bersama mereka, dan itu membuat Caca harus lebih banyak mengalah. Lantas Andra berjalan ke meja kasir berniat untuk membayar belanjaan istrinya. Namun, ia dikejutkan dengan ucapan Caca yang ternyata tidak jadi membeli apa yang telah dipegangnya tadi. “Caca nggak jadi beli karena nggak ada yang cocok, Mas,” ucap Caca memberi tahu. Mendengar perkataan yang baru saja dilontarkan oleh istrinya seketika membuat Andra pun mengerutkan dahinya. Lelaki itu merasa heran dengan istrinya yang tidak jadi membeli. Akhirnya tanpa membalas perkataan istriya, Andra langsung meminta pada karyawan toko untuk membungkus pakaian yang telah dipegang oleh istrinya tadi. “Bungkus semua yang tadi sudah dipilih oleh istri saya!” pinta Andra dengan suara tegasnya. Caca yang mendengar permintaan dari suaminya terlihat langsung ternganga. Wanita itu tidak menduga jika suaminya akan semudah itu membelikan barang yang hanya ia sentuh. “Mas … kenapa harus dibeli, Caca nggak cocok dengan modelnya,” ucap Caca mencoba memprotes sikap Andra. Bukan Andra namanya jika mau menerima penolakan. Bahkan, lelaki itu tidak menghiraukan perkataan istrinya. Akhirnya mau tidak mau, Caca diam agar tidak memancing emosi sang suami. Sambil menunggu Tia keluar dari kamar pas, Caca berdiri di dekat suaminya. Tak lama kemudian sang sahabat sudah terlihat keluar dari kamar pas. Tampak Tia berjalan menuju kasir setelah memberikan pakaian yang ia pegang pada karyawan toko. Gadis itu berniat untuk membayar belanjaannya yang sudah ia pilih sebelumnya. “Tia, aku balik dulu ya, soalnya Mas Andra ada urusan mendadak,” ucap Caca berpamitan. “Oke, kamu nggak jadi belanja?” tanya Tia dengan keheranan. Meskipun gadis itu merasa heran, ia dapat memakluminya. Memang siapa yang tidak mengenal seorang Affandra Bimantara Wijaya. Jadi menurutnya sangat wajar jika suami dari sahabat baiknya tersebut memiliki kesibukan yang luar biasa. Caca langsung menunjuk dengan dagunya ke arah kasir yang terlihat sibuk menghitung belanjaannya. Wanita itu tidak bisa berkata apa-apa lagi untuk menghadapi sikap suaminya yang selalu ingin dituruti semua kemauannya. Melihat begitu banyaknya pakaian yang sedang dirapikan untuk dimasukkan ke dalam paper bag, membuat Tia langsung membelalakkan matanya. Kemudian gadis itu beralih kembali menatap ke arah sahabatnya. Ia dapat melihat wajah pasrah yang sedang ditunjukkan oleh Caca. Seketika Tia bisa mengerti jika itu pasti ulah Andra. Karena yang dia tahu, Caca tidak mungkin belanja dengan berlebihan seperti sekarang ini. Rio yang tadinya hanya menjadi penonton, kini mulai mengeluarkan suaranya. Sebagai seorang yang baru masuk ke dalam pertemanan gadis yang sedang dekat dengannya, tentu membuat Rio harus bisa menempatkan dirinya dengan baik. “Kok buru-buru?” tanya Rio berbasa-basi. “Mas Andra tiba-tiba ada urusan mendesak yang harus dia selesaikan,” jawab Caca disertai dengan senyuman. Namun, berbeda dengan Andra. CEO muda itu tampak menyunggingkan sebelah sudut bibirnya. Jelas terlihat sebuah senyuman yang merendahkan untuk lawan bicaranya. Melihat lelaki yang berdiri tak jauh darinya tampak tidak bersahabat dengan dirinya seketika membuat Rio tiba-tiba mengerutkan dahinya. Lelaki jangkung itu sungguh tidak mengerti di mana letak kesalahannya yang membuat CEO Double A Corporate tersebut tidak berkenan dengan dirinya. Sebenarnya Rio sangat senang dengan perkenalannya dengan Andra. Siapa yang tidak mengenal seorang Affandra Bimantara Wijaya. Di samping lelaki itu berasal dari keluarga kaya raya, ia juga merupakan salah satu pebisnis handal yang sangat disegani di tanah air. Apalagi mengingat nama Wijaya yang merupakan pendiri perusahaan yang menguasai beberapa bidang industri di tanah air dan juga manca negara membuat keluarga tersebut cukup disegani. Namun, entah apa yang ia lakukan hingga membuat CEO muda tersebut seakan enggan berteman dengannya. Memang sikap dingin dan arogan seorang Affandra telah menjadi rahasia umum, tapi itu tidak membuat Rio percaya begitu saja. Apalagi istri CEO tersebut merupakan sahabat baik perempuan yang kini tengah dekat dengannya, membuat ia pun tidak akan melewatkan kesempatan ini agar bisa dekat dengan Andra. Jika Rio boleh jujur, kedekatannya dengan Tia memang ia jadikan jembatan untuk menuju kesuksesannya. Lelaki itu baru saja mengemban tanggung jawab sebagai pemimpin perusahaan milik keluarganya. Ia merasa masih membutuhkan banyak ilmu. Mengingat Andra merupakan seorang pengusaha yang jenius, membuat Rio tidak ingin melewatkan kesempatan emas ini, menurutnya. Dengan tatapan tajam yang terasa menusuk, membuat nyali Rio pun langsung menciut. Lelaki itu tidak ingin bersuara lagi. Ia lebih memilih mengambil langkah aman agar tidak sampai menyinggung lawan bicaranya. Rio masih cukup waras untuk menyinggung seorang Affandra Bimantara Wijaya. Akhirnya ia pun mempercayai rumor yang beredar di kalangan pengusaha, jika CEO yang ada di hadapannya ini memang benar-benar memiliki hati yang dingin dan arogan. Setelah menyelesaikan urusannya di kasir, sepasang suami istri itu pun lantas melangkah pergi meninggalkan toko pakaian tersebut. Tangan kiri Andra tampak membawa beberapa paper bag, sedangkan tangan kanannya menggandeng tangan kiri istrinya. Caca sesekali mencuri pandang pada suaminya. Tampak rahang lelaki yang sedang menggandengnya itu tampak mengeras. Bahkan, tatapannya juga tajam menatap lurus ke depan. Wanita itu sebenarnya ingin bertanya penyebab apa yang membuat mood suaminya mendadak memburuk. Namun, melihat Andra sedang berada dalam mood yang tidak baik, membuat Caca pun pada akhirnya mengurungkan niatnya. Setelah mereka berada di mobil, Caca lantas memberanikan diri untuk bersuara. Sebenarnya selain ia ingin membeli beberapa potong pakaian, ia juga ingin berbelanja kebutuhan dapur yang memang sudah hampir habis. Bahkan, ada beberapa di antaranya yang malah sudah habis. “Mas, tadi Caca sebenarnya ingin belanja kebutuhan dapur juga, tapi itu bisa Caca lakukan besok karena urusan Mas lebih penting,” ucap Caca dengan hati-hati. Perempuan itu tidak ingin ucapannya akan membuat emosi suaminya kembali terpancing seperti tadi. Bahkan, perempuan itu berbicara dengan kedua tangannya yang terlihat saling meremas. Melihat istrinya berbicara sambil menundukkan kepalanya membuat Andra tampak tersenyum tipis. Bahkan, sangking tipisnya sampai tidak ada yang menyadarinya kecuali dirinya sendiri. Tanpa sengaja mata elangnya juga melihat kedua tangan istrinya yang terlihat saling meremas. Melihat itu, ia pun langsung meraih tangan Caca untuk ia genggam. Andra hanya ingin membuat istrinya merasa lebih tenang. Sedikit banyak, lelaki itu tahu kebiasaan istrinya jika sedang cemas. “Kenapa harus nunggu besok, kita bisa belanja ke groceries sekarang,” ucap Andra dengan santai. Mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh suaminya membuat Caca mulai berani mengangkat wajahnya. Detik kemudian, mata indahnya menatap ke arah Andra yang terlihat fokus melihat jalanan yang ada di depannya. “Urusan penting Mas gimana?” tanya Caca dengan keheranan. Suara lirih yang keluar dari mulut istrinya masih dapat didengar dengan jelas oleh Andra. Detik kemudian, pria tampan pemilik hidung mancung itu pun langsung menatap istrinya sambil tersenyum. “Santai aja, bisa aku urus nanti,” jawab Andra dengan santainya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN