Bertemu Orang Baru

1614 Kata
“Aduh … kenapa dia harus ke sini, sih?” tanya Caca di dalam hati. Karena namanya telah dipanggil oleh lelaki yang ingin dia hindari, maka mau tidak mau ia pun harus memalingkan wajahnya ke arah asal suara. Bahkan, wajah datarnya tampak terlihat jelas ketika perempuan itu juga memberikan tatapan dinginnya pada lawan bicaranya. “Dokter Caca makan sendirian aja?” lanjut pria itu kembali bertanya. “Dokter Erlan memang melihat saya bersama dengan orang lain?” tanya Caca balik. Ya … lelaki itu adalah Erlan Santos. Lelaki yang juga berprofesi sebagai dokter senior di rumah sakit tempat Caca bekerja. Bahkan, lelaki itu juga rekan sejawatnya di departemen yang sama. Akhirnya mau tidak mau kedua dokter muda itu pun berbincang di meja yang sama. Caca tampak mempercepat makannya karena perempuan itu ingin segera pergi dari tempat itu. “Jangan terburu-buru makannya, Dok, itu nggak baik buat pencernaan,” ucap Erlan memperingatkan. Lelaki itu tahu jika saat ini wanita yang duduk di hadapannya pasti tidak nyaman dengan kehadirannya. Apalagi mengingat masa lalu keduanya yang akhirnya membuat Caca seakan malah membenci dirinya. Ia hanya ingin menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka dulu. “Dok, ada sesuatu hal penting yang ingin saya sampaikan sejak dulu, tapi sepertinya baru sekarang kesempatan itu ada,” ucap Erlan sambil menyuapkan makanannya ke dalam mulutnya. Caca bisa menebak apa yang akan dibicarakan oleh mantan kekasihnya tersebut. Karena tak ingin terjebak dalam lingkaran masa lalu, akhirnya membuat perempuan itu langsung mengangkat tangannya, tanda ia tidak ingin lelaki yang ada di hadapannya itu untuk melanjutkan perkataannya. “Stop! Maaf Dokter Erlan, saya tidak ingin membahas masa lalu. Buat saya itu sudah lama berakhir, semenjak Anda lebih memilih untuk berpisah daripada LDR, dan Anda juga lihat kalau sekarang saya telah berhasil menempuh pendidikan spesialis yang dulu pernah Anda ragukan. Jadi jangan pernah membahas masa lalu, dan saya harap Anda mengerti,” ucap Caca dengan panjang lebar. Setelah mengatakan itu, ia pun langsung berdiri dari duduknya dan bergegas meninggalkan rumah makan tersebut setelah membayar makanannya terlebih dahulu. Sungguh, Caca tidak ingin mengingat masa lalunya dengan Erlan. Lelaki itu dulu terkesan sangat egois karena memutuskan dirinya secara sepihak karena lelaki itu ingin melanjutkan pendidikannya di negeri orang. Erlan tampak terdiam mendengar semua penuturan yang keluar dari mulut mantan kekasihnya yang juga sekaligus rekan sejawatnya. Wanita yang sampai detik ini masih menempati seluruh ruang di hatinya kini terlihat begitu tegas. Tampak dengan jelas jika Caca yang sekarang tidak suka ketika ada seseorang yang ingin mendominasinya. Apa yang dikatakan oleh Caca memang ada benarnya. Sekarang mantan kekasihnya itu telah menjadi seorang dokter spesialis yang cukup disegani. Dulu ia bukan meragukan kemampuan Caca, ia hanya tidak ingin jika perempuan itu akan kelelahan karena terlalu keras belajar. Tidak seharusnya ia mengungkit cerita lama yang telah usai. Apa pun alasannya ia tetap tidak boleh mengungkitnya. Memang kini hanya ada rasa penyesalan yang menyelimuti hatinya. Dulu ia mengambil keputusan sepihak dengan harapan dapat fokus mengejar mimpinya. Di saat ia telah meraih cita-citanya, Erlan berniat ingin melamar Caca. Namun, kenyataan pahit harus terpaksa ia telan. Gadis yang ingin ia perjuangkan kembali, ternyata malah menolaknya. Kali ini ia akan berjuang untuk meraih hati mantan kekasihnya kembali. Ada hal penting yang tidak Erlan ketahui. Lelaki itu tidak tahu jika mantan kekasihnya telah menikah. Mungkin jika ia tahu tentu lelaki itu tidak akan berharap untuk kembali pada Caca. Erlan menatap kepergian wanita yang dia cintai dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Bahkan, lelaki itu menatap punggung wanita cantik itu hingga memasuki mobil. Hatinya tiba-tiba terasa ada yang mengirisnya jika ingatannya kembali terlempar ke masa lalu. Di mana ketika dirinya masih berstatus sebagai kekasih Caca pada waktu itu. Ingin rasanya ia memutar waktu agar kembali ke masa-masa itu. Ia hanya ingin mengubah keputusannya kala itu. Namun, semua itu hanyalah sebuah kata andai dan andai yang tidak mungkin akan terwujud. Sekarang hanya tinggal dirinya untuk berusaha bagaimana mendapatkan hati mantan kekasihnya kembali. Ia ingin memperbaiki kesalahannya pada waktu itu. *** Hari pun berganti. Caca masih disibukkan dengan pekerjaannya. Perempuan itu akan merasa senang jika ada jadwal operasi di siang hari atau sore hari. Karena dengan begitu, dirinya memiliki alasan yang kuat untuk berlama-lama di rumah sakit. Kini tampak Caca sedang berjalan di koridor rumah sakit. Wanita itu ingin ke ruangan kepala rumah sakit yang sekaligus juga omnya yang bernama Reihan. Sudah lama dirinya tidak menyapa omnya di ruangannya. Sebelum masuk, tak lupa Caca menyapa salah satu suster yang berjaga di depan ruangan. “Hai Mbak Priska, Om Rei ada di dalam, kan?” tanya Caca pada sekretaris Reihan. “Ada, Dok. Beliau ada di ruangannya,” jawab Priska yang disertai dengan senyuman. Setelah mengucapkan terima kasih, tak lupa Caca mengetuk pintu terlebih dahulu. Meskipun, kepala rumah sakit adalah omnya sendiri, bagaimanapun juga Reihan tetaplah atasannya jika di lingkungan kerja. “Masuk …!” pinta suara laki-laki dari dalam. Detik kemudian, Caca pun membuka pintu dengan perlahan dan menyembulkan kepalanya di celah pintu agar bisa melihat ke dalam ruangan. Tampak Reihan sedang berbincang dengan seseorang yang membelakangi Caca. Wanita itu tidak tahu siapa sosok tersebut, tapi yang ia tahu jika lelaki yang memunggungi dirinya pasti tamu penting omnya. “Emm … aku ganggu nggak, Om?” tanya Caca dengan ragu-ragu masih dengan posisi yang sama. “Masuk aja! Nggak apa-apa, Ca,” pinta Reihan. Kemudian lelaki yang sedang berbincang dengan Reihan pun menolehkan kepalanya untuk melihat siapa yang datang. Tampak lelaki itu juga menyunggingkan senyumannya sebagai bentuk kesopanan. “Masuk aja, nggak apa, Dok. Saya Cuma ngobrol santai dengan Dokter Reihan,” ucap dokter tampan itu sambil tersenyum. Caca tampak tersenyum canggung sambil mulai melangkah masuk ke dalam ruangan. Ia pun langsung menghampiri Reihan yang duduk di sofa single. “Om Rei jadi traktir Caca makan enak, nggak?” tanya Caca dengan berbisik. “Ya … jadilah, udah lapar?” tanya Reihan balik. Tampak Caca langsung menganggukkan kepalanya sambil memberikan cengiran khasnya. Sudah menjadi kebiasaan Caca jika menginginkan sesuatu akan terlihat seperti anak kecil. Dokter laki-laki yang duduk di depan Reihan tampak menatap ke arah sahabatnya dan Caca secara bergantian. Namun, terlihat jelas di wajahnya jika lelaki itu seakan menuntut sebuah penjelasan. Reihan yang menyadari kebingungan dari sahabatnya, lantas tampak tersenyum. Ia pun lantas mulai membuka mulutnya untuk memperkenalkan keponakannya. “Ca, ini kenalin sahabat Om, namanya Dokter Dewandaru tapi biasa dipanggil Dokter Dewa, dan ini Caca keponakan gue, Wa,” ucap Reihan mulai memperkenalkan mereka berdua. Tampak keduanya saling berpandangan dengan bibir yang sudah terukir sebuah senyuman. Dewa masih menatap Caca yang tersenyum. Lelaki itu terdiam cukup lama hingga pada akhirnya ia tersadar dengan sendirinya. Pada kenyataannya lelaki itu terpana dengan senyuman Caca. Di mana itu merupakan sebuah senyuman paling indah yang pernah Dewa lihat, menurutnya. “Saya Caca, emm … mau manggil Om apa Dokter, nih?” tanya Caca pada Dewa. “Apa aja asal jangan Om, karena saya belum setua Om kamu,” jawab Dewa dengan gurauannya. Mendengar gurauan dari lawan bicaranya, membuat Caca pun langsung terkekeh. Detik kemudian ia pun menatap ke arah Reihan masih dengan sisa tawa renyahnya. “Enak aja, lo, dia manggil gue Om karena bapaknya kebetulan abang gue. Dulu gue pernah marahin nih anak agar nggak manggil gue Om, tapi dianya nggak mau,” ucap Reihan sambil memberikan tatapan tajamnya tepat ke arah sang keponakan. Mendengar omelan Reihan dan reaksi yang diberikannya, seketika membuat dua orang yang lainnya tertawa. Sambil terkekeh, bahkan Dewandaru mencuri pandang menatap Caca yang masih tertawa. “Cantik,” batin Dewa. “Lo, juga belum makan, kan?” tanya Reihan dengan tiba-tiba pada sahabatnya. Reihan melihat sahabatnya yang terlihat sedang mengagumi kecantikan Caca, tampak tersenyum tipis. Lelaki itu tahu jika Dewa saat ini pasti sedang tertarik dengan keponakannya. Dewandaru yang seakan baru tersadar dari lamunannya, tampak langsung memalingkan wajahnya ke arah Reihan. Lelaki itu hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban yang ia berikan. Karena jam empat Caca ada operasi, maka mereka pun memutuskan untuk makan di rumah makan Padang yang terletak tak jauh dari rumah sakit. Reihan dapat menangkap jika sahabatnya sering mencuri pandang terhadap keponakannya. “Dokter Caca suka cumi, ya?” tanya Dewa memecah keheningan. “Pake banget, Dok,” jawab Caca tanpa menoleh. Wanita itu terlihat fokus dengan makanannya. Memang makanan kesukaan Caca adalah seafood. Apalagi dengan makanan laut yang masih segar, maka tidak ada lagi kata kompromi untuk dirinya. “Dari nih anak masih bocah, kalau sama yang namanya cumi dan udang, ampun, deh,” timpal Reihan sambil melirik sekilas ke arah keponakannya. Mendengar ucapan dari sahabatnya, seketika membuat Dewa tersenyum. Entah kenapa mendengar cerita mengenai Caca, membuat hatinya menghangat. Kemudian, lelaki itu melihat ada sebutir nasi yang menempel di sudut bibir perempuan yang duduk di hadapannya. Tanpa diperintah, ia pun lantas mengambilkan tissue dan memberikannya pada Caca. “Itu ada nasi yang nempel di sudut bibir kamu,” ucap Dewa sambil menyodorkan tissue yang sebelumnya sudah ia ambil. “Makasih …,” jawab Caca sambil meraih tissue dari tangan Dewa. Namun, bukannya melanjutkan makannya kembali, Dewa malah menunggu wanita itu hingga selesai membersihkan bibirnya. “Kamu itu kebiasaan kalau makan pasti belepotan,” ucap Reihan sambil membersihkan bibir keponakannya. Melihat omnya memperlakukan dirinya layaknya balita, membuat Caca pun langsung menunjukkan cengirannya. Dewa yang melihat interaksi di antara om dan keponakan, ia pun langsung menyunggingkan senyumnya. Sebenarnya jika dirinya tidak mengingat kalau baru saja berkenalan dengan Caca, pasti dirinya akan langsung mengambil alih apa yang dilakukan Reihan. Namun, dirinya masih cukup waras untuk paham posisinya sekarang ini. Sejak saat itu, Dewa terlihat sering mengunjungi Reihan. Bahkan, dokter tampan itu betah berlama-lama di ruangan sahabatnya hanya sekedar untuk menunggu peruntungannya. Ia berharap dapat bertemu dengan Caca lagi dan lagi. Karena tanpa ia sadari, perempuan cantik itu telah berhasil menarik perhatian seorang Dewandaru.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN