“Mas!” Begitu Rajata menoleh, Kamania tersenyum menyodorkan es krim. “Rasanya enak banget. Seger.” “Biasa saja,” ujar Rajata setelah menjilatt. Wajahnya masih keruh, tapi tidak menghentikan tindakan untuk merangkul Kamania. “Kalau masuk angin, jangan salahkan siapa-siapa. Es krim masih oke buatku, tapi bajumu ...” Mata Rajata menjelajah tajam, kemudian mendengkus keras. “Rasanya ingin kubakar toko yang menjualnya!” Kamania cemberut. Beberapa orang bahkan menoleh ke arah mereka, dengan kening berkerut. Mungkin karena bahasa yang asing ditambah nada nge-gas Rajata, membuat mereka berpikir ada yang salah. “Masih banyak, kok, yang pakai dress ginian. Kenapa Kama dilarang?” “Karena kau istriku. Kalaupun orang lain istriku, dia jelas kularang juga.” “Jadi, Mas ada rencana mau menambah istr