"Sungguh?" Laura tidak bisa melihat Adam, tetapi ia bisa merasakan kehadiran pria itu, tekanan ototnya, kehangatannya, aroma tubuhnya. Tangan-tangan Adam yang besar dan panas itu, mengusap pahanya. Laura menutup mata. Ia terlalu lelah untuk melakukan perlawanan. Sungguh, ia sudah sangat lelah untuk merasa khawatir atau gugup. Jadi, ia hanya terbaring di sana, merasakan sentuhan-sentuhan Adam di paha dan pinggulnya. Kali ini Adam jauh lebih tenang, lebih terkendali. Tidak terburu-buru, tidak seperti banteng yang hendak menanduk. Pria itu menyentuh Laura, seolah-olah ia patung yang sedang dalam pengerjaan sang seniman. "Adam...." "Hm...." Adam mencium Laura, bibirnya, pipinya. Saat Adam melakukan itu, Laura bahkan tidak membalas atau bereaksi. Ia hanya terdiam seperti boneka r