Debaran di d**a Rexanda makin menggila saat Lyra berkata agar segera mengurus perceraian mereka setelah kaki lelaki itu bisa berjalan kembali. Bukan hanya ditampar atau disambar petir, tetapi permintaan itu mengoyak seisi relung batin. “Kamu ... kamu sungguh-sungguh menginginkan kita bercerai?” engah Rex menatap panik. Lyra mengangguk, “Aku tidak tahu apa yang kamu mau dariku. Rasanya ... aku sudah mencoba untuk selalu bersabar, menomorsatukan kamu. Ternyata, kamu terus saja mengamuk. Aku tidak pernah cukup baik untukmu, Mas?” Bibir Tuan Muda Adiwangsa berkali-kali terlihat ingin mengucap, tetapi di akhir tak ada satu kata pun yang terucap. Ini adalah hari ulang tahun yang telah berubah menjadi hari bencana untuknya. “Kamu juga sejak pertama sudah tidak sabar ingin segera bebas darik