“Kita pindah rumah? Kamu serius, Mas? Tapi ... apa Papa dan Mama akan setuju? Ini sebuah hal yang besar, lho. Aku khawatir mereka tersinggung?” Lyra tertegun dengan usul tersebut. Bukannya dia tidak mau, tetapi justru khawatir menimbulkan perselisihan di antara keluarga Adiwangsa. “Aku akan rundingkan dengan Papa. Selama Papa mendukung, kita tenang saja,” senyum sang pemuda memandangi istrinya dengan teduh. “Pokoknya, aku tidak mau kita diganggu terus menerus. Aku tidak mau kamu disakiti lagi.” Lyra menghela, “Ya, sudah. Aku bagaimana baiknya menurutmu saja, Mas. Apa pun itu, aku percayakan kepadamu.” Rex mengangguk, memeluk lebih erat sembari mulai mengistirahatkan tubuh di atas pembaringan bersama sang istri. Keduanya saling bertatapan, bertukar senyum. “Lyra,” panggilnya sendu. “