"Kalya!" Panggilan itu tidak dihiraukan oleh Kalya, dia berjalan tergopoh sambil memegang pinggangnya, ingin cepat menjauh dari Nevan. Kalya yang sudah melewati pintu keluar panti membuat Nevan mempercepat langkahnya, deru napas terengah-engah kini mulai berlomba. "Kal, aku bisa jelasin!" Kalya berusaha berlari. Namun, ingatan akan keadaan bayi dalam perutnya memupus keinginan Kalya. Hal itu pula yang menyebabkan hingga Nevan berhasil mencengkeram lengannya. "Lepasin!" Nada suara Kalya tak kalah tinggi. Nevan menurut, menarik tangan kirinya yang memegang lengan Kalya. "Aku capek begini terus," parau Kalya. "Kita pulang aja, ya? Kita bicarain di rumah," tawar Nevan memohon. "Kenapa?" Nevan mendapat sorotan nanar dari Kalya, terdengar pula helaan napas berat nan lelah, "kamu takut ke