"Anin hamil!" teriak Anin denagn suara tertahan. Mathew menatap Anin dari pantulan kacariass dan berjalan sambil memegang bahu Anin. "Apa? Kamu bilang apa, Nin? Kamu hamil?" tanya Mathew tak percaya. Anin mengangguk kecil dan begitu pasrah. Sudah dua bulan ini ia tidak mendapatkan menstruasi seperti biasanya. Rutinitas kedatangan bulan untuk Anin adalah yang mutlak. Kalau dapat berarti reproduksinya bagus dan ia bisa hamil. Kalau tidak dapat ada kemungkinan Anin hamil karena sudah sering sekali ia berhubungan badan dengan Mathew, kekasihnya. Mathew berjongkok di depan Anin. Anin merubah posisi duduknya dan menatap lekat pada dua bola mata Mathew yang penuh rasa bahagia. "Kamu beneran hamil?" tanya Mathew lagi. "Iya Kak," jawab Anin pada Mathew. "Sudah berapa bulan?" tanya Mathew lag