Membenci Sang Daddy

956 Kata
“Pak Adolf,” sapa Kenzo disertai senyum ramah. “Kenzo … duduklah,” balas Adolf yang sudah menganggap Kenzo seperti anaknya sendiri karena umur mereka terpaut dua puluh lima tahun. “Bagaimana dengan kesehatan Pak Adolf, waktu saya di Canada … saya dengar Pak Adolf harus pasang ring lagi.” Kenzo sangat perhatian karena dari klien yang lain hanya Adolf Guzman yang sangat mempercayai dan selalu mendukung juga banyak mengajarinya berbisnis. “Ya, kemarin saya pasang ring … kebetulan Jillian sedang liburan di Singapura jadi dia enggak tahu.” Raut wajah Adolf berubah sendu. Adolf tidak ingin membuat putrinya bersedih meratapi penyakitnya yang semakin memburuk sehingga selalu merahasiakan apapun yang terjadi dengan kesehatannya. Tapi jika dipikirkan kembali, mungkin Jillian tidak akan peduli. Gadis berusia sembilan belas tahun itu hanya peduli dengan uang daddynya saja. “Umur kamu berapa tahun ini, Ken?” Tiba-tiba Adolf bertanya setelah terdiam beberapa detik dan selama keterdiaman Adolf yang menatap kosong pada sudut ruangan—Kenzo juga dengan sabar menunggu pria yang sangat ia hormati itu mengutarakan maksud memintanya datang ke sini. “Tiga puluh satu tahun … tahun ini, Pak.” Kenzo menjawab cepat. “Kenapa kamu belum menikah? Saya juga enggak mendengar kamu dekat dengan seorang wanita … kamu normal ‘kan, Ken?” Kenzo tertawa menanggapi pertanyaan absurd Adolf. “Saya normal, Pak … tapi pekerjaan saya sangat menuntut waktu dan perhatian jadi saya enggak punya waktu menjalin hubungan.” Kenzo menjawab diplomatis menghasilkan senyum tipis Adolf, sejenis senyum bangga dalam hati berharap ia memiliki putra yang hebat dan tangguh dalam bisnis seperti Kenzo. Tapi tidak mungkin ia menikah lagi apalagi memiliki anak kembali karena umurnya saja divonis dokter hanya tersisa beberapa bulan. “Ken ….” “Ya, Pak?” “Saya ingin kamu memimpin perusahaan saya, semua perusahaan saya … saya tahu kamu bisa.” Kalimat yang diucapkan Adolf dengan ekspresi serius itu membuat Kenzo menaikkan kedua alisnya terkejut. Beberapa detik kemudian ia tersenyum. “Sebaiknya Pak Adolf mengurungkan niat Bapak itu karena nanti Pak Adolf akan diprotes keras oleh para pemegang saham … mereka juga meski hanya sedikit memiliki saham GZ Corp. Tapi pasti memiliki anak atau kerabat yang bisa dipercaya untuk memimpin perusahaan ini.” “Maka dari itu menikah dengan anak saya.” Kenzo mengerjap pelan, wajah tampannya yang sedang tertegun semakin tampan saja. Pria itu kemudian tertawa kering. “Jangan becanda, Pak … saya rasa putri Bapak tidak akan mau menikah karena perjodohan.” Gadis yang tadi tidak sengaja masuk ke dalam mobilnya itu memang cantik, seringkali Adolf memperlihatkan foto Jillian kepadanya tapi seragam SMA yang dikenakan Jillian memberitau Kenzo betapa masih sangat mudanya Jillian dan tidak mungkin mau untuk membina biduk rumah tangga dengan pria yang baru ia kenal. Memang benar, Jillian akan menentang keras—Adolf sangat tahu itu. “Ken, saya titip anak saya … saya ingin kamu yang menikahi dia dan pimpin perusahaan saya dengan baik, saya percaya sama kamu … saya mohon, Ken. Anggap saja ini permintaan terakhir saya, mungkin hidup saya tidak akan lama lagi.” “Jangan berkata seperti itu, Pak … apapun yang divonis dokter belum tentu menjadi takdir Pak Adolf, semangat Pak … Bapak memiliki seorang putri yang sangat membutuhkan Bapak.” Adolf menundukkan pandangan menatap ujung sepatunya. “Dia membenci saya, Ken … saya tahu kenakalan Jillian selama ini adalah bentuk protesnya terhadap saya yang dianggap menelantarkannya … saya harap setelah saya tiada nanti, dia bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi … tolong bimbing dia, Ken … Jillian sebenarnya anak yang baik dan penurut.” Adolf mendongak dengan matanya yang telah basah oleh buliran kristal. Kenzo menatap Adolf lekat, sorot mata permohonan yang terpancar di netra Adolf memberitau Kenzo betapa sayangnya Adolf pada Jillian. Beruntungnya Jillian memiliki ayah yang sangat sayang dan peduli terhadap masa depannya. Tidak seperti Kenzo yang lahir dari ibu seorang p*****r meski ayahnya adalah pengusaha sukses di Negri Paman Sam. Tapi Augusta Maverick memiliki banyak anak laki-laki dari istri syahnya sehingga Kenzo hanya mewarisi nama pria itu saja dan luka yang terlalu dalam yang beliau torehkan karena semasa hidup tidak sepeserpun membiayai kehidupan Kenzo. Apa yang Kenzo capai sekarang adalah murni kerja kerasnya sendiri, untuk bisa dipercaya menjadi CEO di salah satu perusahaan besar ini tidaklah mudah. Begitu banyak yang sudah ia korbankan. Di koordinat lain tepatnya di Caffe milik Callista-sahabat Jillian. Keempat gadis cantik yang masih memakai baju SMA itu sedang asyik bercengkerama disertai gelak tawa. Jillian selalu bersikap ceria dan bahagia di depan ketiga sahabatnya, tidak akan sekalipun ia menunjukkan tampang sedih karena baginya itu adalah aib. “Gimana nih, jadi enggak kita Euro Trip?” Izora bertanya antusias. “Jadi donk,” sahut Kirana semangat. “Jil, kok lo diem aja? Bokap lo ngijinin enggak?” Callista menyenggol lengan Jillian yang terlihat tidak bersemangat ketika Izora menyinggung tentang rencana liburan mereka. “Iya, diijinin lah … masa iya enggak.” Jillian menjawab tanpa berani menatap lawan bicaranya. “Asyiiiik, begitu donk! Kita harus kompak.” “Kompak ngabisin duit orang tua.” Kirana menimpali ucapan Callista. “Gue disuruh bokap survei kampus di sana,” cetus Izora yang refleks membuat ketiga sahabatnya tersedak minuman. “Kok gitu! Katanya kita mau kuliah di Jakarta.” Jillian tidak terima, ia belum mempersiapkan apapun untuk kuliah di luar Negri. “Sorry, ghenks … bokap ingin gue kuliah di Inggris.” Izora mengaku dengan raut sendu. “Yaaaa ….” Callista dan Kirana melorotkan bahunya sedih. “Sorry banget, gue enggak bisa membantah … selama ini bokap selalu ngasih apa yang gue minta.” Jillian merasa tersindir tapi bibirnya berusaha tersenyum dan mengerti dengan keputusan Izora. Mungkin ayah dari Izora sangat menyayangi Izora jadi Izora tidak membenci ayahnya seperti perasaan yang dimiliki Jillian saat ini kepada Adolf.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN