“Baby … i’m home!” Suara Kenzo menggema di Penthousenya yang luas. Sengaja ia pulang lebih awal agar bisa menikmati sisa akhir minggu bersama Jillian. Kenzo tidak fokus selama meeting bersama klien di Malaysia, pikirannya tertuju pada Jillian karena meninggalkan istrinya dalam keadaan terpaksa. Apalagi Jillian tidak membalas pesan dan menjawab teleponnya. Kenzo sudah terbiasa, ia tahu Jillian sedang kesal tapi mau bagaimana lagi—proyek ini bernilai Triliunan dan jangka panjang—ia tidak bisa melewatkannya begitu saja. Kening Kenzo mengerut bingung saat mendapati kamarnya kosong padahal ia yakin telah menyisir ruangan di bawah dan tidak menemukan Jillian di sana. “Baby!” panggil Kenzo lagi, langkahnya menderap menuju walk in closet dan dilanjutkan ke kamar mandi saat ia tidak menemuk

