“Hallo Laura,” sahut Jeniffer di ujung panggilan sana. “Apa yang kamu lakukan Jeni? Kenapa kalian bercerai? Aku sudah bilang akan membantumu memperbaiki rumah tanggamu dengan Augusta … tolong jangan seperti ini, apa kamu tidak kasian dengan anak-anak? Suamimu datang menemuiku dan menceritakan semuanya.” Laura terdengar panik, terbukti dari untaian kalimat panjang yang ia ucapkan tanpa jeda dan dalam satu tarikan nafas. “Aku sedang menyelamatkan hidupku, Laura ... aku ingin bahagia seutuhnya.” Jeniffer menjawab tenang, andaikan Laura melihat—ada seulas senyum terbit di bibir Laura menandakan kerelaannya. “Tapi kebahagiaanmu adalah bersama Augusta, jangan buat pengorbanan aku selama dua puluh lima tahun ini sia-sia ….” Ada hening selama beberapa sekon, hanya hembusan napas mereka yang

