Di kampus bergengsi ini, kantinnya mirip seperti foodcourt. Banyak tenan makanan dan minuman yang sering dijumpai di mal-mal. Sudah hari ketiga tapi Jillian belum memiliki teman, mungkin karena selalu memberengut dan menampakkan ekspresi tidak bersahabat sehingga tidak ada yang mau berkenalan dengannya. Bukan Jillian bila harus mengemis-ngemis sebuah pertemanan. Jillian terlalu percaya diri untuk melakukan semuanya sendiri. Seperti siang ini, ketika masa orientasi masuk pada sesi istirahat—Jillian pergi sendirian ke kantin untuk makan siang. Setelah membeli minuman dan makanan ringan untuk mengganjal perutnya, Jillian duduk di salah satu meja kosong. “Challondra ya?” sapa seorang gadis yang umurnya mungkin terpaut satu atau dua tahun lebih tua dari Jillian. Jillian menunduk menatap