MEMAAFKAN

1062 Kata
Lelah terus menangisi pengkhianatan suaminya, Rachel sampai terlelap di dalam kamar yang selalu menjadi saksi bisu cinta mereka. Namun, lelap itu tidak menyapa terlalu lama ketika Rachel merasakan sebuah elusan yang sangat lembut di pipinya. Dia membuka mata secara perlahan dan mendapati sang suami tengah duduk di sisi ranjang sambil tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa. Beberapa detik Rachel terdiam. Ucapan sang mertua kembali terngiang di telinganya. Mungkinkah kejadian tadi hanya mimpi belaka? Kesadarannya kembali, saat Septian kembali memanggilnya. "Sayang," panggil Septian lembut. Jemarinya mengusap lembut kerutan di dahi Rachel. Rachel memalingkan wajahnya ke arah lain, lantaran tidak ingin melihat wajah tampan suaminya untuk saat ini. Luka yang ditorehkan Septian cukup dalam dan tidak akan pernah hilang di ingatan Rachel meski bertahun-tahun lamanya. "Sayang, apa kamu masih marah?" tanya Septian dengan suara lembut seperti biasanya. Gurat wajah pria itu menyiratkan penyesalan yang begitu dalam. "Apa itu perlu dipertanyakan lagi, Mas? Apa aku harus menjelaskan rasa sakitnya seorang wanita yang melihat suaminya bercinta dengan perempuan lain?" tanya Rachel masih enggan menatap sang suami. "Maaf." Hanya kata itu yang mampu terucap. "Maaf saja tidak akan mampu membuat luka yang mas torehkan sembuh." Rachel masih berbicara dengan membelakangi Septian. "Sayang, mas benar-benar minta maaf. Ini tidak seperti yang kamu pikirkan. Mas melakukannya bukan karena suka, tetapi khilaf. Dita terus saja menggoda mas jika kamu sedang tidak ada di rumah." Septian mulai mengeluarkan semua jurus andalan yang bisa dia gunakan untuk meluluhkan hati Rachel. Pria itu sangat yakin Rachel tidak akan bisa marah terlalu lama padanya sebesar apa pun kesalahan yang dia lakukan. Septian tahu Rachel sangat mencintainya lebih dari cinta yang dia miliki sekarang. "Aku berjanji tidak akan tergoda pada gadis itu lagi." Raut wajah Septian menunjukkan kesungguhan. Rachel langsung merubah posisi tidurnya menghadap sang suami yang masih setia duduk di sisi ranjang. Menatap dalam manik indah Septian yang menyiratkan ketulusan di setiap katanya. Wanita itu berusaha mencari kebohongan tetapi tidak menemukan celah meski sedikit saja. Lamunan Rachel buyar seketika, lantaran sentuhan lembut itu kembali mendarat di pipinya. "Aku hanya mencintaimu Rachel, bahkan dalam lubuk hatiku paling dalam, tidak pernah terpikirkan akan mencari seseorang untuk menggantikan posisimu." Septian terlihat jujur. "Mas, serius?" tanya Rachel yang mulai terlena akan setiap kalimat yang terlontar dari mulut berbisa Septian. Septian menganggukkan kepalanya cepat, pria itu menarik Rachel masuk ke pelukannya dan mengusap rambut panjang sang istri yang digerai saat mereka berada di kamar. "Aku akan mengusir Dita demi menjaga perasaanmu. Aku tidak ingin keberadaan dia membuat rumah tangga kita hancur," ujar Septian. Rachel menggelengkan kepalanya, tidak setuju akan usulan sang suami meski dia sangat ingin gadis penggoda itu pergi dari rumah ini. "Jangan usir dia, Mas. Dia karyawan mama, aku takut mama akan marah," ucap Rachel berhasil menerbitkan senyuman di wajah Septian yang sebenarnya tidak ada niatan untuk mengusir gadis yang telah menjadi kekasih gelapnya. "Kamu memaafkan, Mas?" tanya Septian memastikan. "Aku memaafkan, Mas Septi, tapi aku ingin melihat dulu apa yang akan, Mas, lakukan selanjutnya," jawab Rachel yang masih ragu untuk mempercayai suaminya, tetapi hati kecil wanita itu selalu berbisik agar kiranya memaafkan pria yang telah menjadi suaminya. *** Matahari yang mulai menyingsing setiap sudut bumi, membuat penghuninya perlahan-lahan beraktivitas layaknya hari-hari biasa seperti yang terjadi di kediaman Septian dan Rachel. Namun, hari ini ada yang berbeda yang Rachel temui di meja makan setelah semua hidangan siap dan tertata rapi di atas meja. Gadis asing yang biasanya duduk di antara Rachel, Septian dan mama mertua tidak terlihat, padahal sebelum-sebelumnya, dia akan menjadi orang pertama yang ada di meja makan. "Di mana Dita? Kenapa dia tidak ikut makan bersama kita?" tanya Reni, mama mertua Rachel. "Septi tidak akan membiarkannya duduk di meja makan ini lagi," jawab Septian. "Septian, apa maksud kamu? Dia orang kepercayaan mama, di mana dia? Dia bagian dari mama. Apa kamu mengerti?" Reni terus mendesak putranya. "Ma!" Septian memelas. Rachel yang melihat situasi agaknya sedikit menegangkan, segera meraih tangan suaminya di bawah meja, lalu menggenggam sebagai penenang. Wanita itu tersenyum pada suaminya penuh percaya diri. "Jangan melawan mama!" ucap Rachel lirih. "Sudahlah, kau benar-benar sudah mempengaruhi otak putraku agar menjadi jahat!" omel Reni sambil meletakkan garpu juga sendok di tangannya. Wanita paruh baya itu meraih ponselnya dan menghubungi Dita agar ikut sarapan pagi bersama mereka. Beberapa menit setelah menghubungi, gadis dengan pakaian sedikit seksi itu muncul dari arah belakang kemudian ikut bergabung di meja makan tanpa ada rasa bersalah. Bahkan Dita menyempatkan melirik Septian yang sedang menunduk sambil menyantap makanannya. Terjadi keheningan setelah kedatangan gadis tidak tahu diri itu. Bahkan setelah sarapan selesai, tidak ada yang membuka percakapan. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. "Sayang, mas melupakan berkas penting di kamar, apa kamu bisa mengambilnya? Mas akan menunggu di mobil," ucap Septian setelah mamanya dan Dita telah pergi. Rachel segera menganggukkan kepalanya dan bergegas untuk mencari berkas penting sang suami. Sedangkan Dita yang melihat peluang itu, segera berlari memasuki mobil Septian, membuat pria tersebut sangat terkejut. "Dita, apa yang kau lakukan? Bukankah aku sudah menjelaskan semuanya kepadamu?" "Aku tahu, tapi aku tidak bisa jauh-jauh darimu," sahut Dita dengan gaya manja. Gadis itu menyentuh paha Septian penuh sensual. "Bersabarlah sampai Rachel yakin bahwa kita tidak punya hubungan apa-apa. Aku tidak ingin rumah tanggaku hancur dan hubungan kita juga berantakan!" Septian mengepalkan tangannya ketika tangan Dita semakin nakal di bagian pahanya. Pria itu sangat tidak tahan jika berada di sekitar Dita, apalagi jika gadis itu telah bertingkah layaknya penggoda. "Hentikan dan bersembunyilah!" perintah Septian ketika dari kejauhan melihat istrinya mendekat. Pria itu langsung turun dari mobil agar Rachel tidak mengetahui keberadaan Dita di dalam mobilnya. Tidak lupa tersenyum untuk menutupi kebohongan. "Mas, apakah ini berkas yang kamu maksud? Aku hanya menemukan ini di meja kerjamu." Rachel menyerahkan dokumen pada Septian tanpa curiga sedikit pun. "Benar, Sayang. Terima kasih." Septian segera kembali ke mobil setelah mengelus rambut Rachel yang tercepol acak-acakan, tidak lupa membunyikan klakson dan dibalas lambaian tangan oleh Rachel. "Aku harus membicarakan kejadian kemarin pada mama agar dia bisa berhati-hati pada gadis itu," gumam Rachel sebelum memasuki rumah. Wanita itu telah siap bertempur dengan pekerjaan-pekerjaan rumah tanpa tahu bahwa suaminya di luar sana masih saja berhubungan dengan wanita lain. Rachel tidak pernah tahu bahwa kalimat-kalimat manis yang selalu keluar dari mulut Septian, bukan hanya untuknya saja, tetapi berlaku untuk semua wanita yang dapat memuaskan espektasinya dalam bercinta. Termasuk pada Dita, kekasih gelap berkedok karyawan kepercayaan sang mama. "Semoga mama percaya apa yang aku katakan," ucap Rachel penuh harap.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN