Yang Rina tau, Kane itu anak penurut. Selama Kane ikut dengannya, tak pernah sekalipun keponakannya itu menolak yang Rina pinta. Jadi, saat ia tau Kane jatuh hati pada seorang putri dari keluarga Raiden, lalu meminta Kane agar melupakan gadis itu, tak sekelebat pun lewat di hatinya jika Kane akan menolak, apalagi memberontak seperti yang tengah dilakukannya saat ini. Tatapan itu memberi ketegasan. Jauh lebih lugas dari untaian kata. Hendi yang menyadari situasi kaku itu menghempaskan napas, lelah hati. Lian menepuk genggaman mereka, membuat Kane menatapnya kembali. “Lian mau salim Paklik dan Bulik dulu, Mas.” Dengan raut yang tak ikhlas, Kane membiarkan Lian menarik tangannya. Lian lalu berdiri, menyalam takzim pada Hendi dan Rina, meski Rina sempat terdiam sebelum memberikan tangannya

