Teguh menenteng dua buah tas kecil yang berisikan makanan untuk kedua anaknya. Sekarang ia lebih mementingkan urusan perut dibandingkan gengsi seperti dulu. Mulai berpikir ke depan kalau anak-anaknya tidak boleh merasa tersiksa lagi dengan keadaan. Jangan sampai keduanya tidak bisa membeli hal yang mereka inginkan seperti saat Teguh jatuh. Teguh membuka sepatunya ketika dia baru saja tiba di dalam rumah. Hessa menghampirinya dengan membawa secarik amplop. Wanita itu duduk ketik Teguh baru saja menaruh sepatunya. “Anak-anak mana sayang?” “Lagi tidur, Mas. Abis berantem. Biasalah mereka berdua.” “Nangis?” “Gilang jatuh dari sepeda. Ditabrak Una.” “Terus kamu marahin?” “Nggak, mereka sama aja. Nggak bisa bela salah satunya.” Teguh mengambil tas kecil itu yang salah satunya beris