Teguh mengambil ikat rambut untuk mengikat rambut istrinya yang digerai. Usai mengikat rambut istrinya. “Duduk dulu! Aku suapin.” “Kan bisa sendiri, Mas.” “Nggak apa-apa, biar anak kita ngerasain dapat kasih sayang dari dia di dalam perut. Kamu nggak boleh protes. Lakukan saja yang aku perintahkan.” Hessa menurut, duduk di sofa yang ada di kamarnya. Pria itu juga ada di depan istrinya. Menyuapi alpukat kocok dengan toping cokelat. “Malam ini mereka nggak pulang. Cuman kita berdua di rumah.” “Siapa bilang?” “Aku barusan.” Senyuman Hessa begitu manis. Munafik kalau Teguh tidak bahagia lihat senyuman itu. Istrinya hamil, wanita yang ingin dia perjuangkan sekali lagi di dalam hidupnya setelah bersusah payah perjuangkan Hessa di awal. “Nanti di sini sampai kamu melahirkan. Cuman kala