“Una cepetan!” Mina buru-buru menggandeng tangan cucunya untuk ke dekat tembok pura-pura dihukum. Yang akan dia marahi adalah Teguh. Mana mungkin ia tega untuk memarahi cucu semata wayangnya ini. Apalagi sudah ditinggal sedari kecil. Tidak ada perasaan tega sama sekali di hatinya Mina mengenai cucunya. Yumna diberitahu agar mengikuti apa yang dilakukan oleh Mina. “Nanti Papa datang, Una jangan bilang pura-pura, ya. Bilang aja Una dimarahi sama Nenek gara-gara beli mainan.” “Oh oke, Nek.” Anak itu bisa juga diajak untuk sandiwara, memasang raut muka yang sangat kesal sekali. Meski sebenarnya dia bisa saja tertawa saat Teguh datang. Tapi dilihatnya Yumna sedang duduk. Sementara itu Mina membawa rotan. “Kalau dikasih tahu itu yang nurut.” Ucapnya Mina meski dia tidak mau berkata seperti