Magika baru saja duduk di tepi ranjang ketika tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu. Hati Magika berdebar, ia terkejut dan segera bangkit, melangkah cepat menuju pintu kamar. Tanpa berpikir panjang, ia membuka pintu perlahan. “Kak Terama?” ucapnya dengan nada terkejut, matanya membulat melihat sosok pria yang berdiri di depannya. Terama tampak gelisah, melihat ke kanan dan kiri, memastikan tak ada orang lain yang sedang mendekat. Wajahnya serius, namun ada ketegangan yang jelas terlihat di matanya. “Magi, kita harus bicara,” ucap Terama pelan, hampir seperti bisikan. Ia menarik nafas panjang, seolah ragu namun memaksakan diri untuk tetap berbicara. Magika memandang wajah Terama dengan tatapan dingin, seakan merasakan ketegangan yang ada. “Bicara apa? Sepertinya tak ada yang perlu

