Deden sudah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, satu-satunya ranjang yang tersedia di dalam rumah kosan tersebut. Menyusul Arliand, pria itu sudah menguap beberapa kali semenjak Deden masuk ke dalam kamar. “Mau kemana Ar?” Alan menyela sebelum pria itu melangkah masuk ke dalam. Arliand tak segera menjawab, dia hanya melambaikan tangannya sebelum masuk ke dalam. “Sialan sudah kayak kenek bus lu! Pakai lambai-lambai.” Andi mencibir dengan bibir monyong. “Buuuaak!” Alan memukul bibir Andi menggunakan sol sepatunya. “Woi, sialan lu!” Andi tidak terima bersiap-siap balas dendam seraya mengangkat sandal miliknya untuk membalas perbuatan Alan barusan. “Nyamuk, besar banget, mau demam berdarah? Ditolongin supaya nggak sakit malah marah-marah!” Mengelak dari tuduhan, aslinya memang ge

