06 - Kehadiran Sam

1228 Kata
Sesampainya di rumah, Aurora masih berusaha untuk mencerna apa yang telah terjadi tadi. Detak jantungnya masih saja berdetak tidak karuan. Ia terus berjalan tanpa memperdulikan sekitarnya, tatapannya kosong. Ia masih tidak habis pikir kenapa Sam melakukan hal seperti itu kepadanya. Bukankah lelaki itu begitu membencinya? Hingga tidak ingin berurusan dengannya lagi? Tapi kenapa malah yang terjadi hal yang sebaliknya? Lelaki itu sendiri yang mendatanginya dan membuatnya semakin merasa sesak. Rasanya besok dia sudah tidak ingin datang lagi ke kampus. Menjadi pusat perhatian merupakan mimpi buruk baginya. Apalagi mengingat tatapan iri dari gadis-gadis di kampus yang terus saja menatapnya tajam seakan tidak rela kalau pangeran mereka malah memilih seorang seperti Aurora. Tamat sudah riwayatnya. Apalagi ketika mengingat seorang gadis seperti Cantika yang tidak rela kekasihnya malah mencium Aurora. Iya, ciuman pertama yang tidak akan mungkin bisa di lupakan begitu saja. Tepat di hadapan semua orang. Seketika wajah Aurora menjadi memerah dan memanas ketika kembali mengingat tentang ciuman yang dilakukan oleh Sam. "Seenaknya saja dia mencuri ciuman pertamaku!" Ketusnya sambil memegangi bibirnya yang merah. Aurora tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Saat ini dia hanya membaringkan tubuhnya sambil uring-uringan nggak jelas. Rasanya semuanya menjadi serba salah. "Aku tidak akan memaafkanmu, Sam!" Serunya dengan kesal. *** Sam yang saat ini sedang berada di rumah tengah asik bermain ps. Ia selalu melakukan hal itu bila sedang kesal. Entah apa yang sedang mengganggunya saat ini. Seakan dia puas telah mempermalukan Cantika di hadapan semua orang. Rasa sakit hatinya yang terlalu dalam kepada gadis itu membuatnya menjadi gelap mata. Apapun untuk memuaskannya akan ia lakukan. Termasuk berpacaran dengan Aurora. Gadis yang tidak menjadi tipe nya sama sekali. Lucu memang, begitu bencinya dia dengan Aurora, kini malah gadis itu yang di pilihnya untuk membantunya. Ponselnya terus saja berdering, namun, dia tidak memperdulikannya sama sekali. Cantika tidak pernah putus asa untuk menghubunginya. Gadis tidak malu itu, masih berusaha agar Sam kembali lagi ke dalam pelukannya. Begitu jahatnya niat yang ia punya hingga menghancurkan hati lelaki itu terlalu dalam. Sam menatap sekilas layar ponselnya, lalu memutuskan untuk mengirimkan pesan singkat kepada Cantika. "Tolong jangan ganggu aku lagi, aku sudah memiliki kekasih baru. Aku tidak mau dia sakit hati karenamu. " Setelah menekan tombol kirim, lalu Sam memblokir semua akses untuk Cantika. Termasuk sebuah kartu credit yang pernah dia berikan. "Ini baru awal, mungkin aku tidak akan segan-segan melakukan hal yang lebih kejam lagi." Ucapnya lalu kembali berkutit dengan ponselnya. "Apartemen yang aku berikan untuk seorang gadis bernama Cantika, tolong urus kembali. Karena aku sudah tidak memiliki hubungan apapun dengannya. Aku mau dia segera keluar dari sana." Pintanya lalu mengakhiri panggilannya begitu saja. Apapun yang berhubungan dengan Cantika sudah tidak ingin di dengarnya lagi. Sesakit itu hatinya hingga membuatnya tidak memiliki rasa belas kasihan sama sekali. Sam menjadi berubah menjadi sangat dingin. Susah untuk di sentuh orang lain. Bahkan sandiwaranya dengan Aurora, dia telah memantapkan hatinya walaupun tidak memiliki perasaan sama sekali dengan gadis itu. Sam berusaha untuk menghubungi Aurora untuk menjelaskan segalanya, namun, gadis itu tidak menjawab panggilannya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk pergi menemuinya. Di kediaman Aurora, "Malam tante," Sapa Sam dengan begitu hormat dan sopan. Mama Aurora sangat kaget dengan kedatangan Sam yang merupakan putra dari sahabatnya. Dengan begitu bahagia dia menyambut hangat kehadirannya. "Sam! Silahkan masuk!" "Ada perlu apa kamu kesini?" Seketika wajah Raquel tersenyum. Ia bisa menebak maksud kedatangan Sam sampai jauh-jauh kerumahnya. "Silahkan duduk, Sam." Sam duduk sambil tersenyum, "Maksud kedatangan Sam untuk bertemu..." "Bertemu dengan Aurora bukan?" Potong Raquel dengan cepat. Sam mengangguk dengan mantap. "Kalau begitu sebentar ya, biar tante panggilkan Auroranya." Sam lagi-lagi mengangguk sambil tersenyum. Raquel berjalan menuju kamar putrinya, lalu mengetuk kamarnya. TOKTOKTOK! "Ra, Mama boleh masuk?" "Ya ma, silahkan." Raquel masuk kedalam kamar putrinya sambil terus tersenyum. "Mama kenapa senyum-senyum?" Tanyanya dengan penasaran. "Ada yang datang mencari kamu tuh." Jawab mamanya sambil menyenggol-nyenggol lengan putrinya. "Siapa ma?" Jawabnya malas. "Tebak dong siapa?" Raquel malah dengan jail tidak memberi tau siapa yang ingin bertemu dengannya. "Aku lagi nggak mood ma. Tolong jangan suruh aku untuk menebak-nebak segala deh." Ucapnya sambil cemberut. "Iya deh, Sam itu datang mencari kamu." Mendengar nama lelaki yang baru saja membuat kehebohan di kampus membuatnya sangat terkejut. "Sam? Mau apa dia kesini?" Raquel malah mengangkat kedua bahunya. "Mana mama tau sayang. Mungkin mau ngajak ngedate kamu kali." Goda Raquel kepada sang putri. "Ih mama! Apaan sih. Nggak lucu tau." "Ya udah mendingan kamu samperin aja dia dulu sana." Kalau saja mamanya mengetahui apa yang sudah terjadi di kampus tadi, mungkin tidak akan mungkin bersikap sebaik itu dengan Sam. Tapi Aurora juga tidak memiliki alasan untuk menolak menemui Sam. Sebenarnya dia sangat malas dan tidak ingin bertemu dengan lelaki itu lagi. Tapi kenapa Sam seakan tidak memberikannya ruang sama sekali? Aurora terlihat sedang berpikir hingga membuat mamanya geram. "Sayang kok malah bengong sih? Sana samperin Sam. Kasihan loh dia udah jauh-jauh datang kesini kamunya malah begini. Ganti baju dulu gih. Dandan yang cantik ya." "Kenapa Aurora harus dandan ma? Lagian kan Aurora nggak ada janjian sama Sam. Males ah." Tolaknya. Raquel yang tidak mengerti dengan jalan pikiran putrinya malah menjadi kesal, dia mengambil kotak make up putrinya lalu mendandaninya dengan sangat cantik. Natural tapi terlihat manis. "Nah begini kan lebih baik. Ganti baju sana. Mama tunggu diluar ya." Setelah mengatakan hal itu, Raquel pergi dari kamar putrinya sambil terus tersenyum. Aurora hanya menghela dengan berat. "Kenapa aku harus dandan sih? Lagian nggak penting juga." Gerutunya dengan kesal namun tidak bisa menolak keinginan mamanya. Aurora dengan asal memilih pakaiannya. Lalu bergegas keluar dari dalam kamarnya menuju ke ruang tamu. Disana dia melihat jelas lelaki itu sedang tersenyum sambil berbicara dengan mamanya. 'Mau apa sih dia?' Batinnya lagi. "Akhirnya kamu keluar juga sayang. Ya udah kalian ngobrol aja deh. Kalau begitu tante tinggal dulu ya, Sam." Ucap mamanya lalu pergi meninggalkan keduanya. Aurora duduk dengan jarak yang cukup jauh dari Sam. Ia masih trauma berdekatan dengan lelaki itu. "Ada perlu apa sampai kesini?" Tanyanya langsung to the point. Aurora tidak mau menatap Sam sama sekali. "Kita perlu bicara. Tapi sepertinya tidak bisa di sini." Balas Sam. "Lalu dimana?" Ketus Aurora. "Kamu marah denganku?" "Menurutmu aku harus bersikap seperti apa dengan lelaki kurang ajar sepertimu?" Ketusnya lagi. "Aku akan jelaskan semuanya. Ayo cari tempat untuk berbicara." Sam menarik tangan Aurora. Aurora hanya menatapnya tajam, namun tubuhnya menolak untuk mengikuti lelaki itu. Memang dia membutuhkan penjelasan dari Sam, tapi dia tidak ingin terlalu dekat dengannya. "Disini saja!" Tolaknya. "Aku tidak bisa berbicara disini. Kamu mau kalau orang tua kamu mendengarnya?" Ucapan Sam kali ini ada benarnya juga, Aurora sempat berpikir sebentar, "Ayo ke taman saja." Ajaknya lalu bangkit dari posisi duduknya. Sam berjalan mengikuti Aurora dari belakang hingga keduanya akhirnya sampai di taman belakang rumahnya. "Katakan!" "Aku butuh bantuanmu. Kita berpura-pura pacaran saja." Ucapnya tanpa beban. Hingga membuat tatapan syok dan terkejut Aurora lagi-lagi untuk kesekian kalinya. Dia masih tidak habis pikir dengan yang terjadi di kampus. Lelaki ini malah mengajaknya berpura-pura pacaran dengan santainya. Bukankah dia memiliki sebuah utang penjelasan? Kenapa malah dia mengajak hal yang paling tidak masuk akal untuk Aurora? Gadis itu masih terus bertanya-tanya dengan maksud dari Sam. "Kamu gila! Setelah membuat kekacauan dan kehebohan di kampus, sekarang bukannya minta maaf malah meminta hal yang tidak masuk akal lagi. Tidak aku tidak mau!" Serunya dengan keras. Dia menolak keinginan Sam untuk bersama dengannya. Apalagi hanya berpura-pura. Hal yang paling tidak masuk akal untuknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN