Dengan mata berkaca-kaca Maulia menatap cincin berlian yang berkilauan di dalam kotak. Cincin itu begitu indah, simbol dari cinta yang tak tergantikan. Ia terdiam sejenak, merasakan kehangatan dan ketulusan dari kata-kata Julian. Air mata bahagia bercampur haru mulai mengalir. Maulia pun mengangguk pelan tapi pasti. "Ya, aku mau, Mas!" Suara tepuk tangan dan sorak sorai dari keluarga besar mengisi ruangan begitu mendengar jawaban Maulia yang menerima lamaran dari Julian. Sementara Julian yang masih berlutut dengan jantung yang berdetak cepat karena diselimuti perasaan gugup akhirnya dapat tersenyun lega mendengaar jawaban wanita yang dicintainya. Lalu dengan hati-hati ia menyematkan cincin berlian itu di jari manis Maulia. Begitu cincin melingkar di jarinya, Maulia pun berdiri dan l

