Dandi baru saja duduk di kursi kerjanya dan bersandar sambil menutup mata, ketika Qai masuk tanpa mengetuk pintu lalu mengusik kedamaian yang baru saja hendak ia nikmati. “Selamat, Dan!” Dandi memutar sedikit kursinya sembari membuka mata. Tanpa merubah posisi tubuhnya, Dandi menaikkan satu sudut bibirnya. “Kamu sama Thea pasti tertawa di belakangku.” Qai mengangguk saat menarik kursi yang berseberangan dengan Dandi, lalu duduk di sana. “Tertawa bahagia!” “Berengsek!” maki Dandi dengan intonasi datar dan tanpa minat untuk berdebat. “Aku dijebak sampai nggak bisa berkutik.” “Dan!” Sebenarnya, Qai ingin tertawa sejak masuk ke dalam ruangan Dandi. Namun, melihat wajah Dandi yang hanya menampilkan ekspresi datar, Qai tidak melakukannya. “Kamu sebenarnya selalu punya pilihan. Kamu bisa bic

