Hampir saja aku terjungkal ke belakang, kalau tidak berhasil menjaga keseimbangan tubuhku, saat tiba-tiba aku merasa tubuhku tertarik ke belakang dengan cukup keras. Pelakunya tentu saja Hesa. Baru saja aku berhasil berdiri tegak--setelah setengah terhuyung, mataku membelakak dengan sempurna. “BUGGHHH!!!” Suara keras tinju yang Hesa lepaskan ke pipi kiri Kak Rafid, membuatku merasa ngilu. Sepertinya, pukulan Hesa cukup keras--hingga membuat wajah Kak Rafid terlempar ke kanan. Kakinya mundur dua langkah. Aku menatap cemas keduanya. Mereka sudah sama-sama dipenuhi oleh amarah. Mata Kak Rafid memicing tajam, sementara tangannya mengusap pipi kiri yang pastinya terasa sakit. Aku tidak bisa melihat raut wajah Hesa, karena posisinya yang membelakangiku. “Urusan lo sama gue. Nggak ada hubungann