BERTENGKAR

1024 Kata

"Suatu saat, kamu akan menyesalinya, Bian. Wanita itu tidak sebaik yang kamu kira." Suara Aditama menghentikan langkah Bian yang baru saja ingin keluar dari ruang rawat ibunya setelah Aditama mengusirnya. "Papa bahkan belum mengenalnya. Bagiamana bisa papa menyimpulkan jika Amara bukanlah wanita baik-baik?" Bian menatap ke arah Aditama dengan perasaan kesal. Dia tahu, ayah dan ibunya sangat marah mendengar pernikahannya dengan Amara. Tapi dia sungguh tidak terima kalau wanita yang dicintainya itu dihina. Mendengar ucapan putranya, Aditama hanya bisa menghela napas panjang "Kamu meragukan papa, Bian? Papa bahkan lebih tahu apa yang belum kamu ketahui." Aditama tersenyum sinis. Sementara Bian langsung terdiam. Sepertinya dia lupa siapa papanya. "Amara sedang hamil, Pa. Seburuk apa pun d

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN