Rasanya, Bian ingin sekali mendekati Alea dan lelaki bernama Kenan itu. Akan tetapi, Bian tidak mau Alea marah. Wanita itu sudah berulangkali mengingatkan Bian untuk tidak ikut campur semua urusannya. Kalau tidak, kelak jika anaknya lahir, Alea tidak akan mengizinkan Bian untuk bertemu dengan anaknya. Ancaman Alea tentu saja membuat nyali Bian menciut. Dia sudah kehilangan Alea dan kehilangan kesempatan untuk bersama dengan wanita itu, Bian tentu saja tidak mau kembali kehilangan kesempatan untuk bersama anaknya kelak. Bian meninju tembok untuk meluapkan amarahnya. Dia menyalahkan diri sendiri karena dulu dia begitu bodoh menyia-nyiakan Alea. Sekarang dia sedang menuai karma atas perbuatannya. Penyesalan yang dia rasakan akibat kepergian Alea ternyata jauh lebih menyakitkan dibandingk
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari