Bu Salima tersenyum dengan wajah sendu. Ada luka yang masih jelas terlihat di sorot netranya. Cinta yang tidak pernah kesampaian. "Ibu nggak usah khawatir. Aku selalu jaga kesehatan meski sering lembur sampai malam. Hidup kita harus berubah, Bu. Aku harus memantaskan diri menjadi seorang yang layak diperhitungkan. Karena nggak semua perempuan mau menemani berjuang. "Setiap orang tua pasti menginginkan pendamping yang pantas dan layak untuk anak-anak gadisnya. Makanya aku harus layak dulu sebelum mencari pendamping. Bu, sekarang aku sadar kalau cinta nggak bisa dimakan, tapi kita harus bisa mengupayakan orang yang kita cintai bisa makan. Lelaki yang nggak punya pekerjaan dan kedudukan, layaknya sampah yang harus dibuang." Ingat ucapan anaknya, Bu Salima meneteskan air mata. Ingat bagaima