"Jangan! Ampun, Pi! Jangan! Sakit, Pi! Ampun!" Vania dikejutkan oleh suara Aby. Lelaki itu terus mengigau, berteriak dengan mata tertutup. Keringat membasahi area kening dan wajah Aby. Begitu juga leher dan badannya. Kepala lelaki itu menggeleng ke kanan dan kiri. "Sayang ... Aby ... ssst, tenang ... di sini ada aku yang jagain kamu. Tidak ada siapa-siapa. Tidak ada Papi. Kamu aman, Sayang." Vania segera mengusap kening dan rambut Aby yang dibasahi keringat. Dia membisikkan kata-kata itu ke telinga suaminya. Suasana sunyi, waktu menunjukkan tengah malam. Vania hanya sendirian di dalam ruangan. Satu jam yang lalu, Mirna pulang karena mengeluh sakit kepala. Perlahan mata Aby terbuka. Tiba-tiba lelaki itu menarik tubuh Vania dan mendekapnya erat. Membuat wanita itu terpaksa naik ke ata