Seruni berkali-kali menarik napas panjang. Ia berusaha melonggarkan paru-parunya yang mendadak mampet karena kehadiran Antonio dan Anandita. Saat ini ia tengah duduk di meja besar bersama delapan orang rekan-rekannya, termasuk Bian. Sementara di depannya, Antonio dan Anandita duduk berdampingan. Mereka semua tengah mengikuti briefing pagi seperti biasa. Yang tidak biasa hanya satu. Adanya Anandita di samping Antonio. Meskipun tidak mudah untuk menyembunyikan rasa perih yang mengiris-iris hati, tetapi Seruni berhasil menampilkan air muka wajar dan profesional. Kemampuannya mengendalikan diri, mau tidak mau membuat rekan-rekannya salut. Mereka harus mengakui walaupun Seruni ini bertubuh kecil, tapi berjiwa besar. Selain mentalnya kuat, juga lentur. Ia bisa membengkok-bengkokkan perasaannya

