Daddy Andrew masih dalam posisi yang sama. Raut yang ditampilkannya pun masih sama, tidak ada perubahan yang berarti. Sampai-sampai Abi bingung apakah dia akan langsung diusir, atau dimaki-maki dan diejek lebih dulu baru setelahnya diusir.Bunyi jarum jam terasa menggema di ruangan ini. Bahkan Abi dapat mendengar suara napasnya sendiri. Karena setelah menyelesaikan perkenalan diri yang teramat menyedihkan, tidak ada lagi pembicaraan yang keluar. “Apa itu sudah keseluruhan dari cerita kamu?” “Hah?” Sesaat Abi melongo. Lalu setelah tersadar, Abi langsung mengangguk. “Iya, Om. Maaf, seharusnya saya mengatakan ini lebih dulu, di pertemuan pertama.” “Tidak perlu merasa bersalah.” Kini Daddy Andrew lebih rileks, menyandarkan badannya di punggung kursi. “Memberitahukan hal semacam itu pada oran