“Aw! Kakak, pelan-pelan.” Ami meringis. Dengan terseok-seok, Ami mengikuti Abi. Cengkraman tangan cowok itu sangat kuat, sampai rasanya Ami mau menangis karena kesakitan. Tiba di lorong yang sepi, Abi melepaskan tangan Ami. “Lo ngapain ngikutin gue, Mungil?!” “Ami ... Ami cuma mau mastiin kalo itu beneran Kak Abi.” “Iya, kalau sudah pasti itu gue, lo mau apa?!” Ami terperanjat kaget mendengar Abi membentaknya. Tidak terasa, bahkan air mata Ami keluar dengan sendirinya tanpa diperintah. Sekuat tenaga Ami menggigit bibir untuk menahan isak tangis sambil menunduk. Ini pertama kalinya Ami dibentak. Jadi wajar, jiwa yang mudah tersakiti miliknya langsung tergoncang. “Argh!” Abi meremas rambutnya kuat. Pertama kalinya juga Abi merasa seperti ini. Abi merasa takut kalo Ami mengetahui kehidup