Vania harus mendapatkan perawatan dari dokter karena wanita itu pingsan. Luka di tangannya untungnya tak terlalu dalam, jadi wanita itu masih baik-baik saja. Berkali-kali Mario berusaha menghubungi Rain, namun pria itu tidak menjawab teleponnya sama sekali. Mario rasanya hampir frustasi sampai entah panggilan ke berapa Rain baru mengangkatnya. "Tuan." "Ada apa? Bukankah aku sudah bilang beberapa hari ini kau tidak perlu membahas pekerjaan apa pun?" Suara Rain diseberang sana terdengar kesal, pastinya karena kebersamaannya terganggu. Mario menelan ludahnya, mengusap wajahnya dengan kasar. "Nyonya Vania pingsan dan harus mendapatkan perawatan. Tuan muda Keenan juga terus menangis menanyakan Anda," ujar Mario jujur. "Keenan menangis kenapa? Tapi dia baik-baik saja 'kan?" Mario tersenyum

