Bab 1

1051 Kata
“Ahhh… Sayang… Marissa langsung menghentikan langkahnya saat mendengar suara desahan di kamar adik iparnya. Kaki Marissa terasa berat untuk melanjutkan langkahnya saat pulang dari luar kota di sambut dengan suara desahan dikamar adik iparnya. “ Apa Jihan sudah biasa membawa pacarnya atau teman lelakinya ke rumah? Dengan bebasnya dia melakukan apapun di rumah ini. Ke mana mas Varo? “ berbagai macam pertanyaan hanya bisa Marisa lontarkan dengan pelan, karena saat ini dirinya sendirian. Lagi-lagi Marissa mendengar suara desahan di kamar adik iparnya, dan dengan cepat Marisa memaksakan kakinya untuk segera pergi dari tempat kamar adiknya, dan langsung masuk ke kamarnya sendiri. Marisa masih tidak sadar siapa pria yang menjadi teman ranjang adik iparnya tersebut, karena Marissa tidak merasa kepo untuk mencari tahu tentang laki-laki yang bersama dengan adik iparnya. Karena Marissa juga penasaran sang Suami pergi ke mana, akhirnya Marissa memutuskan untuk menghubungi Varo dan memberitahu bahwa dirinya sudah pulang. “Hallo, Sayang. Kamu di mana sih? Aku sudah pulang kamu masih kerja?” tanya Marissa dengan nada manjanya setelah panggilannya diterima oleh Varo. ” Sebentar lagi aku pulang, soalnya, aku masih ada kerjaan. “ Jawab Varo dengan nafas yang terdengar tidak beraturan, membuat kening Marissa langsung berkerut Karena ia merasa heran kenapa Varo seperti sudah Selesai ikut lomba lari maraton. "Kamu lagi di mana sih? Kok kayak kecapean gitu? Kamu di kantor atau di luar? "berbagai macam pertanyaan Marisa langsung lontarkan saat mendengar suara Varo yang tidak biasa. “ Ya aku di kantor, Sayang. Tadi ada yang ketinggalan di bawah jadi aku naik turun tangga untuk mengambil berkas penting itu. Nanti aku langsung pulang setelah selesai. Katakan, mau dibawakan apa. “ Ujar Varo yang hanya ditanggapi dengan anggukan kepala oleh Marisa, meski Marisa tau Varo tidak melihatnya, tapi Marisa menjawab dengan anggukan kepala. “ Aku sudah makan. Tidak perlu bawa apa-apa. Cepat selesaikan setelah itu pulang. "Ujar Marissa dengan penuh ketegasan, dan mengakhiri panggilannya, karena Marissa juga merasa kelelahan baru pulang. Varo kembali meletakkan ponselnya di atas nakas dengan perasaan lega, karena Marissa tidak mencurigai dirinya. Ya, sebenarnya Varo tidak ada di kantor, justru Varo sedang berada di sebuah kamar dan tidak sedang berlari kesana kemari untuk mengambil berkas, karena sebenarnya sedang mencari kenikmatan dengan wanita yang selalu membuat dirinya candu. Jujur saja, sebenarnya meski ada panggilan mesra di antara sepasang suami istri itu, tidak akan menjamin tentang kesetiaan seorang pasangan, karena salah satu di antara sepasang suami istri itu memiliki alasan untuk mengkhianati pasangannya, seperti yang dilakukan oleh Varo. Kalau boleh Jujur, Varo memang mengkhianati Marissa, dan itu berjalan sejak awal menikah dengan Marissa. Marissa dan Varo menikah sudah hampir 2 tahun lebih, namun keduanya masih belum dikaruniai seorang anak, dan masih menjadi tanda tanya apakah memang Marissa sengaja menunda hamil, atau memang masih belum mendapat rezeki untuk mendapatkan seorang anak. “ Sayang, cepat mandi. Aku harus pergi. "Ujar Varo pada seorang wanita muda cantik yang terlihat begitu sangat imut dan berhasil membuat Varo tidak bisa berpaling dari wanitanya, meminta agar ia segera mandi, karena Varo akan segera pergi. Varo langsung keluar dari jendela kamar wanita muda cantik itu setelah Varo memastikan wanitanya sudah masuk ke dalam kamar mandi. Setengah jam Marisa menunggu kepulangan Varo, akhirnya Marissa mendengar suara mobil Varo datang. Karena Marissa sudah memastikan Varo sudah pulang, Akhirnya Marisa memutuskan untuk tidur, karena Marissa juga merasa begitu sangat lelah. Varo masuk ke kamarnya dan melihat Marissa sudah tidur dengan nyenyak. Varo langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang terasa begitu sangat lengket, dan setelah itu baru kembali mendekati Marissa, dan mengecup singkat kening Marissa sebelum Varo keluar dari kamarnya. Varo menuju ke kamar Jihan, dan mengetuk kamar Jihan setelah Varo berdiri di dekat pintu kamar Jihan. “ Capek nggak? Ngantuk? "Tanya Varo dengan nada yang terdengar begitu sangat lembut terhadap Jihan. "Kenapa Kak? Aku belum ngantuk kok. “ Kata Jihan membuat VAro tersenyum. “ Kalau tidak capek, buatkan aku makan malam ya. Aku belum makan. "Ujar Varo lembut, dan Jihan langsung menganggukkan kepalanya, lalu keluar untuk membuatkan makan malam buat Varo . Dengan penuh kesabaran Varo menunggu Jihan di meja makan, sambil menunggu Jihan masak, Varo memainkan ponselnya hingga tidak menyadari kedatangan Marissa. “ Mas, kamu ngapain di sini? "Tanya Marissa saat melihat Varo duduk di ruang makan sambil memainkan ponselnya, membuat VAro terkejut karena mendengar suara Marisa secara tiba-tiba. “ Kenapa bangun? Aku tidak mengganggu tidurmu Kan? "Varo malah balik nanya, karena Varo merasa tidak mengganggu tidur Marissa, terlebih Varo juga melihat dengan jelas kalau Marisa tidurnya cukup nyenyak sebelum Varo keluar dari kamar tadi. “ Ya aku kebangun saja soalnya aku nggak lihat kamu. Aku pikir kamu ke mana. Gimana kerjaan di kantor? Lancar kan? "Jawab Marisa Seraya duduk di samping Varo , dan Marissa Langsung kembali berdiri saat mendengar suara seseorang memasak di dapur sebelum Varo menjawab pertanyaan Marissa tadi. "Mau ke mana? " tanya Varo menahan tangan Marisa yang ingin pergi. “ Siapa yang masak? "Tanya Marissa " Ya adik aku lah. " Jawab Varo santai "Kan ada pelayan, Kenapa harus nyuruh Jihan? "Tanya Marisa kenapa Varo menyuruh Jihan, Bukan Pelayan, karena Marissa tahu kalau Jihan tadi sudah bermain dengan kekasihnya, dan otomatis Varo mengganggunya. Makanya secara tidak langsung Marisa menegur Varo agar tidak menyuruh Jihan, dan lebih baik menyuruh pelayan saja. "Pelayan sudah waktunya istirahat. Pelayan juga punya jam kerja. Lagipula aku juga punya adik kok, tidak masalah juga aku minta bantuan adik sendiri. “ Jawab Varo yang membuat Marissa kembali duduk di kursinya, dan Marisa kembali mengingat tentang suara-suara yang berasal dari kamar Jihan, yang dimana suara itu merupakan suara desahan penuh kenikmatan. “Oh, Ada Kak Marissa juga? Aku masaknya cuma satu porsi buat Kak Varo karena aku tidak tahu Kak Marisa sudah pulang. "ujar Jihan yang baru datang dari dapur dengan membawa nampan berupa makanan untuk Varo, yang sebenarnya Jihan memang tidak tahu kalau Marissa ikut bergabung untuk makan malam. "Tidak perlu repot-repot. Aku sudah makan kok. " Jawab Marisa datar, dan Jihan langsung meletakkan satu piring penuh nasi goreng tepat dihadapan Varo. “ Kamu kembali saja ke kamar, biar aku yang nemenin Kakak kamu. "ujar Marissa dingin, saat melihat Jihan ingin duduk disamping Varo juga. “ Sayang, kamu kenapa, Jihan kan adik aku? “ tanya Varo saat melihat Marissa melarang Jihan menemaninya makan malam. “ Dia kan cuma adik kamu, dan aku istri kamu… “
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN