Bab 6. Bahan tontonan

1541 Kata
Arthur Kalandra adalah Pria yang pernah Giska tolong dari dua perampok malam itu. Sehingga tak ayal, jika Andra masih mengenali Giska. Apalagi malam itu Giska sempat menyebutkan namanya pada Andra. Tak di sangka, Pria itu masih mengingat nama Giska. Beberapa kali tanpa Giska sadar, telah berpapasan dengan Andra. Seperti yang terjadi saat di Loby. Tetapi mengapa Andra meminta Romi untuk mencari tahu tentang Giska? Sementara itu hari semakin sore, Setelah selesai mencuci, Giska dan Vera akhirnya sudah berada di pantai. Kebetulan jarak dari hotel menuju ke Pantai tidak terlalu jauh, sehingga mereka berdua hanya berjalan kaki selama 10 menit. Pemandangan sore hari di Pantai Bali benar-benar indah. Mata Giska dan Vera seolah di manjakan oleh sinar jingga, matahari yang hampir tenggelam. Suasana pantai juga ramai, di penuhi dengan wisatawan turis maupun lokal. Tak lupa Vera dan Giska mengabadikan moment, dengan berfoto ria. " Ayo foto yang bagus sebanyak mungkin, Gis. Sayang kalau melewatkan pemandangan seindah ini. " Ujar Vera, menggenggam ponselnya, mengarah ke arah matahari. " Kalau begitu ayo foto selfie! " Mereka berdua akhirnya benar-benar menggunakan waktunya untuk bersenang-senang. " Gis, harusnya kita pakai bikini saja, ya? " Timpal Vera, melihat orang-orang yang mengenakan Bikini. " Kalau di tempat umum seperti ini, aku kurang percaya diri, Ver! " sahut Giska, yang juga memerhatikan orang-orang. " Kenapa? Badan kamu bagus, kok! " " Tetap saja, aku nggak pede. Udah yuk, kita lanjut foto disana! " Giska kini menyeret Vera, menuju ke tepian pantai. Keduanya memakai dress pendek, seperti yang biasa di gunakan saat di pantai. Namun Giska memilih motif polos, sementara Vera memilih motif bunga-bunga. Lalu di tempat lain, seseorang melihat sebuah postingan sosial media milik Giska, yang baru saja memposting fotonya saat di Bali. Senyum merekah terdapat pada foto tersebut, yang mana Giska tersenyum lebar tanpa beban. " Cih, apa kamu sebahagia itu putus denganku? Kamu bisa senyum seperti itu, sama Pria yang memotretmu! " Gumamnya, merasa kesal. Dia adalah Nicolas, yang diam-diam masih stalking sosial media Giska. Ia bahkan mengira, jika foto yang di posting Giska, di foto oleh seorang Pria. Yang benar saja! Tidak tau saja, bahwa foto tersebut dihasilkan oleh Vera. Hingga hari berganti malam, Giska dan Vera kini berada di Restoran untuk mengisi perutnya setelah sibuk jalan-jalan sore. Restoran di dekat laut, yang menunya aneka seafood. Keduanya sama-sama suka makanan laut, sehingga mereka memesan dalam jumlah yang cukup banyak. " Ver, aku dengar, di hotel tempat kita nginep, bakal ada acara loh! " Ujar Giska, mengingat desas desus yang ia dengar siang tadi. " Acara apa? " " Mana ku tau, aku cuma mendengar itu saja saat kembali ke hotel siang tadi. " Sahut Giska, sambil menikmati kepiting saus tiram. " Kalau pun ada acara pesta, memangnya kita boleh ikut? Setidaknya harus punya undangan, kan? " Ucap Vera, ada benarnya juga. " Ya, mungkin begitu. " Keduanya kini menghabiskan makan malamnya. Suasana sangat mendukung, bagi wisatawan seperti mereka. " Gis, kita mau pulang ke Jakarta kapan? " Tanya Vera. " Berhubung besok hari minggu, gimana kalau kita pulang hari senin aja? " sahut Giska, menyarankan untuk mengambil cuti lagi hari senin. " Hah, cuti tahunanku terpakai dong! " Eluh Vera, memikirkan. " Nggak apa-apa, demi liburan menyenangkan. Ayo jalan-jalan lagi! " Giska kini membawa Vera untuk berjalan-jalan, setelah menyelesaikan makan malam-nya. Malam ini, mereka berdua menjelajahi Bali. Membeli pernak pernik, juga mencicipi aneka jajanan khas pinggir jalan. Tanpa sadar, waktu sudah menunjukkan hampir pukul 10 malam. " Gis, pulang yuk. Aku capek! " Eluh Vera, merasa lelah. " Ya udah, yuk. Aku juga kenyang banget! " Mereka berdua lalu memilih kembali ke Hotel, setelah sejak sore berjalan-jalan. Setibanya di Hotel, Giska melihat lebih banyak tamu yang keluar masuk Hotel. Mereka bahkan mengenakan pakaian santai, bukan pakaian formal. " Mana katanya ada pesta? Cih, telingamu bermasalah ya? " Cibir Vera, menatap Giska yang sudah menyampaikan berita tentang pesta. Mereka berdua kini memasuki lift, yang dimana situasi lift terlihat cukup penuh. Beberapa dari mereka berpasangan-pasangan, dan mengenakan pakaian santai seperti akan ke pantai. Lagi-lagi, mereka membicarakan acara pesta yang rupanya di adakan di atas roftoop Hotel Marlyn. " Gis, ternyata bener apa kata kamu. Pestanya ada di rooftop. Gimana kalau kita kesana? " Bisik Vera, merasa tertarik. Apalagi setelah melihat para tamu mengenakan pakaian santai. " Iya, tapi kita taruh ini dulu di kamar! " sahut Giska, yang merasa penasaran juga. Sesuai kesepakatan, Giska meletakkan barang belanjaannya lebih dulu di kamar Hotel. Begitu pula dengan Vera, yang menambal bibirnya menggunakan Gincu. " Kamu nggak retouch make up mu lagi, Gis? " Tanya Vera, menatap ke arah cermin. " Nggak perlu, malas! " Sahutnya, menunggu Vera di dekat pintu. " Cih, Tuhan nggak adil ya? Padahal kita sama-sama kecapean jalan-jalan, tapi make up kamu masih stay! " Eluh Vera, merasa tak adil. " Ini karena aku pakai produk bagus tauk! " Sergah Giska, menampik eluhan Vera. " Udah, yuk! " Seolah energinya terisi kembali, mereka terlihat semangat setelah mendengar pesta ada di rooftop. Hanya butuh beberapa menit saja, Mereka berdua tiba di rooftop. Benar saja, disana sudah ramai. Rupanya tak memerlukan undangan untuk bisa masuk ke acara tersebut. Vera terlihat antusias, melihat hidangan dan minuman yang tersaji di atas meja. " Sebenarnya ini acara apa sih? " Tanya Giska, mencari tahu. " Itu nggak penting! Yang penting ayo nikmati pesta ini, Gis! " Vera terlihat asyik, dan menggerakkan tubuhnya mengikuti alunan musik. Belum lama mereka berada di sana, tiba-tiba ada dua orang Pria yang mengampiri mereka. " Hay, kita boleh gabung nggak? " Ujar Pria itu, sambil memegang segelas sampanye di tangannya. " Oh, silahkan... " Sahut Vera, dengan senang hati. " Kenalin, aku Dimas dan ini temanku, Fiki. " Ucap Dimas, menjabatkan tangannya kepada Vera. " Namaku Vera, dan ini... " " Ver, aku ke toilet dulu sebentar! " Tutur Giska, terbirit menuju ke toilet. " Ah, Hehe.. " Vera merasa canggung, karena sendirian bersama Pria yang baru ia kenal. " Giska s¡lan! " Umpat Vera dalam hati. Sekembalinya mereka ke kamar Hotel tadi, Giska belum sempat ke toilet, sehingga membuatnya tidak bisa menahan diri. Kini Giska merasa lega, karena sudah menuntaskan hajatnya. Wanita itu lalu kembali keluar dan menuju ke tempat Vera berada. Siapa sangka, begitu Giska kembali, suasana pesta sudah tak seperti tadi. Lampu yang terang berkilau tadi, kini menjadi sedikit redup. Alhasil, membuat Giska kesulitan mencari keberadaan Vera. " Aduh, kenapa mendadak gelap sih? Aku ngga bawa tas lagi! " Gumamnya, sambil memincingkan mata mencari keberadaan Vera. Sebelum pergi ke toilet, Giska memberikan tas-nya pada Vera lebih dulu. Sehingga ia tak membawa pula ponselnya. Giska hanya bisa memerhatikan tiap tamu, demi menemukan Vera. Rupanya pesta yang sedang berlangsung itu, ialah pesta perayaan Hotel Marlyn yang di hadiri oleh para investor. Pesta perayaan bertema santai ini, bisa di hadiri siapapun pengunjung tamu Hotel Marlyn. Sehingga tak ayal, jika Giska daj Vera bisa dengan muda masuk ke lokasi acara. Sambil mendengar kata sambutan, Giska masih sibuk mencari keberadaan Vera. Tanpa ia sadari, Giska telah berjalan sampai ke dekat kolam renang. Pandangannya yang terlalu fokus mencari keberadaan Vera, membuatnya tak memerhatikan daerah yang ia pijak. Hingga tak sengaja seseorang menyenggol lengan Giska, dan membuat tubuhnya tidak seimbang. Sontak kedua mata Giska membelalak sempurna, menyadari dirinya akan jatuh ke kolam renang. Jeburrrrrrrr!!!!! Bersamaan dengan itu, kata sambutan dari perwakilan hotel berakhir. Lampu yang semula redup kini kembali menyala, semua mata tentu tertuju ke arah Giska yang sudah ada di dalam air. Wanita itu mengerjapkan wajahnya, merasa gelagapan untuk sejenak. " Ah, s¡al. Kenapa ada kolam renang di rooftop sih?! " Gerutu Giska, mengumpat. Giska menyadari, bahwa banyak pasang mata yang menatap ke arah-nya. Ia lalu menatap ke arah tubuhnya, dan segera menutupi dadanya dangan menyilangkan kedua tangannya. Betapa malunya Giska, karena pakaian yang ia kenakan hari ini sangat menerawang akibat basah kuyub. Hal itu membuat Giska menenggelamkan sedikit tubuhnya, agar tak banyak terlihat. " Siapapun, tolong aku! " Batin Giska, memejamkan matanya. Rasanya ia ingin menghilang saja, dari pada harus beranjak dari kolam renang, dan tubuhnya akan menjadi bahan tontonan. Tampaknya keberuntungan ada di pihaknya. Terlihat seorang Pria menceburkan diri, untuk membantu Giska beranjak dari tempat itu. Tak lupa Pria itu mengelingkarkan handuk lebar, untuk menutupi tubuh Giska. Menyadari itu, Giska pun membuka matanya dan menatap Pria itu. Keduanya saling menatap intens, menciptakan suasana hening. " Apa kamu mau tetap disini? " Ujar Pria itu, terdengar dingin. Giska yang sejak tadi melamun pun, kini tersadar dan segera memegangi handuk yang sudah melakat di tubuhnya. " Terimakasih! " tutur Giska, lalu beranjak dari Kolam renang. Semua mata tertuju pada Giska, terlebih karena di sebelahnya ada orang yang sangat berpengaruh. Membuat orang-orang yang ada disana merasa penasaran dengan Giska. Begitu sampai di dasar kolam renang, barulah Vera datang menghampiri Giska. " Gis, kenapa kamu tiba-tiba begini sih? Bukannya tadi kamu mau ke toilet! " Gerutu Vera, memegang tangan Giska. Wanita itu masih termangu dan menatap Pria yang baru saja menolongnya. Setelah memastikan Giska bersama temannya, Pria itu pun memilih pergi dari hadapannya. Sementara itu, Giska hanya bisa menatap kepergian Pria itu yang semakin tak terlihat. " Dia kan Pria yang waktu itu??? " Monolog Giska dalam hati. Ia kini menyadari, bahwa Pria yang baru saja menyelamatkannya adalah Pria yang dulu sempat ia selamatkan juga dari perampok. *bersambung....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN