Dua Garis Lurus

1864 Kata

Ashil langsung berdiri, lantas menghampiri Ash dan mendekat. Tuan muda pembuat onar itu mencondongkan tubuhnya ke wajah sang pangeran, sangat dekat sampai-sampai napas mereka sudah saling bertabrakan. Ashil kemudian tersenyum, atau garis bibirnya itu lebih tepat jika disebut menyeringai. “Katakan … Pangeran. Di mana posisimu sekarang? Apa kau akan menghentikan aku, atau mendukungku? Aku tidak menerima kalau kau malah sok bersikap netral dalam keadaan seperti ini. Karena aku benci orang yang naif. Aku benci orang yang lemah. Dan aku benci orang yang sudah tahu, tapi pura-pura menjalani hari dengan biasa saja, seperti orang bodoh.” “Hmph.” Ash membalas tatapan Ashil dengan tak kalah sengit. “Tuan Muda yang tidak tahu di mana posisinya … jika kau tidak memberiku jalan lain, maka aku tinggal

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN