Before the Storm

1132 Kata
Axtena menatap langit-langit kamar besar milik Marshal, mengingat tiap sudut utamanya. Ia mengulum bibir, lalu mengalihkan pandangan ke arah pria itu sejenak. Ya. Axtena menjajakan diri, demi mencukupi kebutuhan hidup. Menjadi yatim piatu cukup berat baginya. Kadang, Axtena sadar, apa yang dilakukannya salah, namun, pada saat bersamaan ia kesepian. Butuh genggaman yang kuat agar bisa keluar dari lembah gelap itu. Menyedihkan. Jujur, menjadi bagian dari deretan p*****r Marshal membuatnya sedikit bernapas. Kebutuhannya cukup, meski tidak mewah. Hingga saat ini, hanya Rick Saint Clair, yang mengetahui hubungan gelapnya. Tidak Trevor atau anggota Loz arcasas lainnya. Axtena begitu berhati-hati. "Aku dengar, kau membayar orang-orang ku dari Rick,"sebut Marshal, membuyarkan lamunan Axtena yang nyaris selesai. "Huh? Ya. Aku ingin memberi pelajaran pada seseorang." "Karena mu aku kehilangan dua orang anggota, salah satunya patah tangan. Aku tidak pernah memberi izin untuk menggunakan Loz Arcasas sebagai aksi balas dendam mu, Axtena,"tukas Marshal penuh peringatan tegas. "Aku tidak tahu, harus melakukan apa untuk membalas nya!" "Tanyakan padaku!"teriak Marshal sarkas, membuat Axtena bungkam. "Yang dilawan Loz Arcasas malam itu adalah anggota Southsiders. Aku tidak ingin mengambil risiko karena ulah mu!" "Aku... Aku minta maaf,"bisik Axtena pelan. Meremas sudut seprei kuat-kuat. "Aku sudah memberi mu tempat, dengan menjadikan Rick sebagai leader Loz Arcasas. Orang mu bahkan tidak mampu memukul mundur musuh-musuhku. Trevor jauh lebih baik." Axtena diam. Memilih tidak bersuara. Ia tidak ingin sumber penghasilan utamanya hilang. "Aku tidak akan ikut campur dalam urusan kalian lagi, I promise!" "Keluar! Akan ku transfer uang mu!" "Ya,"Axtena turun dari ranjang, memungut pakaian yang berserakan di lantai. Memasang satu persatu ke tubuh naked nya, lalu keluar tanpa permisi. Pada saat yang sama, Axtena berpapasan dengan seorang wanita, cantik, berkelas, elegant, jauh dari dirinya. Noura Georgia Maloya dan Axtena tahu, Marshal mencintai Noura. Namun sangat memprihatinkan Noura memiliki suami, menganggap hubungan keduanya hanya sebatas kartel narkoba. Noura merupakan pemasok besar yang ada di Amerika. __________________ "Jadi ini kegiatan mu, hingga kau tidak mengabari ku selama empat hari, Allison?"sergah Jayler, memerhatikan Allison dari luar kandang. Allison menoleh, tersenyum cepat. "Jay.... Kemari lah!"pintanya. "Aku tidak suka kuda!"balas Jayler tegas. Membuat Allison beralih pandang. "Kalau kau tidak suka, kau boleh pergi!" "Kita perlu bicara. Aku menghubungi mu ratusan kali hingga ponsel mu mati!"teriak Jayler. "Aku ingin mengurus Alle dan Leo sendiri. Tidak ada yang bisa memberi makanan beracun pada kuda-kuda ku lagi kali ini,"tukas Allison, berjalan keluar dari kandang dan mendekati Jayler. Menatap wajah pria itu lekat. "Bagaimana hasil pembicaraan dengan orang tua mu tentang hubungan kita?"tanya Jayler. Tidak memperdulikan kuda Allison sedikitpun. "Aku belum membahas nya." "Apa?" "Jayler, Alle dan Leo baru di sini. Aku harus..." "Kau lebih mementingkan kuda-kuda itu?"tanya Jayler, menunjuk ke arah kandang. "Kau mencintaiku atau tidak?" Allison senyap sesaat. Menatap raut wajah Jayler seksama. Memahami pria itu. "Aku mencintai mu, tapi, aku juga menyukai kuda. Jika kau tidak bisa menyukai mereka, itu sama artinya kau tidak menyukai ku. Sekarang pergilah! Kau yang bicara pada daddy!" "Allison!" "Kau pria 'kan? Kalau begitu bersikap Jantan lah!"serang Allison tegas. Memalingkan wajahnya ke lain arah dan kembali berputar menuju Alle dan Leo. "Allison! Allys!"panggil Jayler lantang, mengepal tinju, mengarahkan matanya pada dua kuda yang tidak berdosa itu penuh dendam. Leo mendadak meringkik, seakan mengusir pria itu dari rumahnya. Bergerak agresif, ingin menyerang. "Leo tenanglah!"pinta Allison, mengusap kuda itu lembut, meletakkan kepalanya di wajah kuda itu beberapa saat. Hingga Jayler memutuskan menjauh. Meninggalkan Allison bersama Alle dan Leo. Markus tersenyum licik, menatap dari atas Mansion. Cukup jauh, namun, pria itu mampu melihat jelas bagaimana perubahan sikap putrinya pada Jayler. Kehadiran Leo dan Alle memberi banyak perubahan. _____________________  5 Months Later | Salt lake county, Utah. Allison memotret dirinya. Tersenyum ke arah camera dengan kacamata yang bergantung di hidung. Markus merombak habis villa yang ia beli beberapa bulan lalu, menyulap bangunan itu dengan rumah apung yang berdiri kokoh sekitar enam meter dari garis pantai. Tampak besar, indah, dan cocok digunakan untuk menenangkan diri. "Markus, aku lupa membawa obat-obatan,"usik Megan, membuat mata pria itu teralih sekejap. "Kau mau turun ke darat?"tawarin Markus. "Ya. Sepertinya harus!" "Aku akan menghubungi keluarga Savalas. Mungkin mereka membawanya,"tutur Markus. "Apa? Keluarga Savalas? Kau mengundang mereka di hari ulang tahun pernikahan kita?"tanya Megan, melirik ke penjuru arah. Allison tidak terlihat, berkeliling ruangan untuk mencari tempat agar bisa membakar rokok. "Ya. Memang kenapa? Leon juga akan datang,"tukas Markus. Megan diam, memalingkan pandangan ke teras, mengintip Sky dan Paris di luar sana, seakan menyembunyikan kekhawatiran. "Aku pikir kita...." "Markus, kalian sudah lama sampai? Maaf Aku terus terlambat,"sergah suara pria di ambang pintu, tegas seperti biasa. Markus menoleh, mengenali sosok itu cepat. "George, Alicia. Masuklah!"pinta Markus ramah. Tersenyum luwes. "Megan,"tegur Alicia. Megan mengangguk, melebarkan bibirnya sedikit. Membalas Alicia dingin. "Dimana Leon?"tanya Markus mencari-cari sosok itu. "Dia sedang jalan-jalan di sekitar tempat mengagumkan ini, dan Allison?" "Sama. Dia mungkin berada di lantai atas,"jawab Megan pelan. "Ah ya. Megan, kau bawa pembalut?"tanya Alicia sedikit berbisik, menghindari Markus. "Tidak. Aku baru selesai empat hari lalu,"bahas Megan. "Kalian bawa obat-obatan?" "Tidak. Aku tidak pernah membawa kotak P3K kemanapun,"jelas Alicia singkat. "Markus kalau begitu kita terpaksa harus turun ke darat,"pinta Megan. "Sekarang?" "Satu jam lagi, akan terjadi badai di Salt lake, kalian tidak dengar peringatan?"tanya George. Membuat Markus dan Megan saling memandang. "Tidak ada signal di sini,"cetus Markus. "Kalau begitu kita harus pergi sekarang. Aku harus membeli beberapa makanan dan perlengkapan yang tertinggal,"jelas Alicia. "Mom, kalian mau kemana?"tanya Sky, menatap wajah para orang tuanya. Tersenyum ramah pada George dan Alicia. "Kami harus ke darat sekarang. Kau tetap di sini bersama Paris dan....." "Aku dan Paris ikut!"potong Sky cepat. "Ya sudah. Aku akan meninggalkan pesan untuk Allison, kita pergi sekarang!"Megan berlari mendekati nakas, menarik ballpoint dan secarik kertas, meninggalkan rangkaian huruf dan menempelkan kertas itu pada kulkas. "Ayo, cepat!"ajak Markus, lalu mereka pergi begitu saja. Langit terlihat gelap, burung-burung melintas dan mulai hujan, tanda bahwa sebentar lagi kota akan tertutup oleh badai. "Mom... Dad!!"teriak Allison menghisap sisa rokok yang nyaris habis. Ia berganti pakaian, mengenakan crop top bertali tipis melewati bahu dengan warna navy, memadukan nya dengan hotpants pendek yang nyaris menampilkan dua bongkahan b****g nya. "Kemana mereka semua,"pikir Allison, menatap keadaan sekitar, terlihat sepi tanpa penghuni. Ia mencari, berjalan mengelilingi seluruh ruangan. Hingga mata hijau gadis itu menangkap samar sosok pria yang berdiri di ujung teras lewat celah jendela kecil, pria itu melipat tangan di d**a, menatap ke arah langit dengan pandangan yang jauh, mempersiapkan sesuatu. "Sky di....." Deg! Allison terdiam, menegaskan pandangan begitu lurus. Terpaku tanpa suara, napasnya mendadak memburu, berembus cepat. Leon berdiri, menatapnya tajam, lalu tersenyum tipis, seakan siap menghadapi Allison. "K-Kau?"tunjuk Allison pelan. Menelan ludahnya kasar. Mundur satu langkah ketika Leon memutar tubuhnya pelan. "Aku.. Leon.. Leon Vegas Savalas,"sebut Leon serak, mengenalkan diri, terdengar begitu kaku. Lidah Allison terkunci rapat, sulit berucap, setelah mendengar pengakuan dari Leon. Sungguh, Allison tidak percaya dengan semua yang di dengar nya barusan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN