Leon berdiri, mendongak kan kepala ke arah pintu, matanya tidak salah menangkap, itu Elis yang datang. Entah angin apa yang membuat mantan kekasihnya itu berani datang. Kalau staf kain sampai tau, dan ia mengatakan hal yang membuat nama baiknya jelaj, tentu saja itu akan menjadi awal yang buruk untuk kelanjutan karir Leon. Leon menekan salah satu tombol pada telepon di atas meja kerjanya,
“Ratih! Itu, di luar ada sahabatmu datang!” Bisik Leon kesal. Ratih tampak diam tidak menjawab, ia sedang berfikir siapa yang atasannya itu maksud. Ratih tidak pernah memperkenalkan siapapun termasuk kepada Leon.
“Sahabat saya?” Ratih kembali meyakinkan,
“Siapa lagi kalau bukan Elis. Kamu sudah berbohong lagi kepadaku ya? Kamu bilang sudah memutuskan hubungan dengan Elis. Tapi kenapa...”
Cekrek...
