Yvan menatap Pria paruh baya di depannya ini dengan pandangan yang rumit lalu menghela napas berat. "Tadinya saya pikir juga begitu, Pak. Saya juga bertanya-tanya pada diri saya sendiri, apakah saya hanya kagum pada Naya? Atau apakah perasaan senang saya setiap bertemu Naya hanya karena terbiasa melihat dia ada di lingkungan yang sama dengan saya? Sehingga jika sehari saja tak bertemu, saya merasakan kerinduan yang luar biasa. Tapi semakin hari, wajah Naya selalu membayangi saya, dan saya tidak bisa lagi menyangkal kalau saya sudah jatuh cinta sama anak Bapak." Yvan menjeda ucapannya sambil tersenyum untuk meyakinkan Bapak dan Ibu Naya yang ada di hadapannya itu. "Anak Bapak punya sesuatu yang bisa membuat orang cepat jatuh cinta padanya. Tapi Naya terlalu naif untuk menyadari kelebihanny