Setelah dua hari perjalanan yang panjang , Athena akhirnya tiba di pinggiran kota. Kota kecil itu adalah pusat perdagangan bagi desa-desa di sekitarnya, dengan pasar yang ramai dan berbagai toko yang menjual segala macam barang kebutuhan sehari-hari. Athena beberapa kali menghembuskan napasnya sebelum keluar dari mobilnya. Dia masih gugup karena belum biasa menghadapi orang asing kecuali Marta dan Albis selama dua tahun ini. “Kau pasti bisa, Eilei. Nenek dan kakek percaya padamu dan mengandalkanmu,” gumamnya berbisik. Namun setelah setengah jam berlalu, Athena masih tak sanggup untuk turun dari mobilnya. Keringat dinginnya sudah membasahi baju usangnya. “Apa yang kau lakukan, Eilei? Cepatlah turun. Perjalananmu akan sia-sia jika kau tak turun!” Athena memarahi dirinya sendiri. Ma