25

986 Kata

Aku sedang menyisir rambut yang mulai mengering saat Ian keluar dari kamar mandi. Rambutnya basah, wajah nampak segar. Aroma shampo menguar dari tubuhnya yang mengenakan jubah mandi. Ian mendekat, lalu melingkarkan tangan ke pinggangku, menoleh, kemudian mencium lembut pipiku. "Lepaskan ...." kataku sambil mengalihkan pandang. Wajahku perlahan menghangat. Sungguh malu melihatnya. Apa lagi saat ingat kejadian semalam, saat ia menatap dengan begitu lembut, mengambil sesuatu yang sudah menjadi haknya. "Kenapa? Aku senang melakukannya." Ian mempererat pelukannya. Lalu membalikkan tubuhku, kami bertatapan. Dadaku berdebar keras. Ian menyentuh pipiku. Lalu dahi. Mengusap rambut. Lalu mencium mataku. "Aku senang memiliki kamu." Aku berpaling. Sudah sah, tapi kenapa masih begitu malu, ya? Ian

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN