Begitu sampai di tempat tujuan, Bintang pun dengan sigap mengambil kendali atas Surya. Dia yang menjadi tempat pegangan saat Surya susah untuk duduk ke kursi roda sementara Bulan keluar setelah itu.
"Surya aku akan membeli beberapa baju, kau mau, kan menemaniku?" tanya Bintang ketika mereka berjalan masuk menuju sebuah toko baju branded.
Sebagai jawaban Surya mengangguk. Sedang Bulan berjalan mengikuti mereka dari jarak jauh. Bulan tahu Bintang tak menyukai dirinya apa lagi kejadian di dalam mobil.
Menurut Bulan Bintang pasti membencinya. "Di mana Bulan?" pertanyaan Surya membuat Bulan mendongak dan menjawab.
"Saya di sini Tuan." Tepat ketika itu Bulan bisa melihat tatapan tajam melalui ekor mata dari Bintang yang membuat nyalinya ciut.
"Dia ada di sini." balas Bintang berusaha tak memperlihatkan kekesalan.
Mereka berdua lalu masuk sementara Bulan diam saja di depan toko. Sebagai asisten pribadi Surya, dia cuma pelayan yang bagi Bulan tak bisa berada di tempat para kalangan atas.
Pada akhirnya Bulan berpikir untuk tak ikut masuk. Namun Bulan masih berpikir tentang Surya. Rasa cemas tentu saja berada dalam diri Bulan, berharap bahwa Surya tak menyadari jika dia tak berada di sisinya.
Dia pun mencoba untuk melihat dari luar meski agak buram. Ketika Bulan sedang asyik mengintip, Bulan tak menyadari jika ada seorang pria asing menatapnya dengan senyuman.
Si pria kemudian ikut-ikutan mengintip. "Apa yang kau lihat?"
"Majikanku. Dia bersama dengan kekasihnya sedang berbelanja."
"Oh begitu. Kenapa kau tak masuk?" Bulan kontan menggeleng.
"Kekasih majikanku tak suka padaku juga aku ini cuma pelayan, aku tak pantas untuk masuk ke dalam."
"Benarkah? Kalau begitu ayo ikut denganku. Lagi pula tak mungkin kau bisa mengintip dari sini, kacanya, kan kaca buram." Sontak Bulan melihat pada si pria asing yang kembali mengembangkan senyuman.
Buru-buru Bulan mundur beberapa langkah. "An-anda siapa?"
"Aku ... panggil saja aku pria baik hati, ayo." Tanpa bisa dicegah oleh Bulan, pria baik hati itu menarik tangan Bulan untuk masuk ke dalam.
"Selamat datang Tuan Genta." Si pria baik hati memberikan senyum kepada si receptionist sedang yang ditarik tak bisa berekspresi.
"Nah sekarang carilah majikanmu itu. Kau tak usah malu atas statusmu, toko baju ini terbuka untuk pelanggan siapa saja." Bukannya menyimak malah Bulan berlindung di punggung pria yang bernama Genta itu seraya melihat pada Bintang dan Surya.
Mereka berdua asyik memilih baju atau bisa dibilang hanya Bintang yang terlihat menikmati sementara Surya tampak melihat layar ponselnya dan sesekali dia melihat sekeliling.
"Majikanmu yang mana?"
"Pria yang berada di atas kursi roda."
"Oh ... itu. Jika diteliti dia tampak tak menikmati belanja bersama kekasihnya. Kau yakin apa mereka punya hubungan seperti itu?"
"Mmm ... sebenarnya aku tak tahu kata Nona Bintang dia adalah istri masa depan Tuan Surya."
"Heh, kau percaya ucapan wanita yang sombong itu. Aku sih sekali lihat saja aku yakin dia mengada-ada saja."
"Tetap saja aku harus menjaga jarak dengan mereka." Sedang itu Surya tak tenang. Bintang mengatakan Bulan berada di toilet wanita kenapa sangat lama sekali.
"Kenapa kau gelisah begitu? Kau memikirkan gadis itu?" ada nada jengkel yang terdengar namun Surya mengabaikan hal tersebut karena dirinya lebih mengutamakan di mana Bulan sekarang.
"Jelas saja aku khawatir, ini sudah lama sekali tapi dia belum datang juga."
"Dia hanya ke kamar kecil bukan ke tempat yang jauh," meski begitu Surya masih merasa ada sesuatu yang mengganjal.
"Aku akan pergi,"
"Ke mana?"
"Ke toilet wanita," sebelum Surya bisa memutar rodanya untuk pergi , Bintang segera menahan kursi roda Surya. Wajahnya sama sekali tidak bisa diartikan.
"Kenapa sih kau keras kepala, aku sudah bilang kalau dia akan datang cepat atau lambat! Kau selalu saja memikirkannya lalu bagaimana denganku?!" Jelas sudah Bintang mengeluarkan amarah dengan nada membentak.
"Kau harusnya melihatku bukan pelayan rendahan itu!" Bentakan kali ini terdengar sangat keras sampai-sampai menyita perhatian dari semua orang yang ada di situ.
Bintang pun mendorong kursi roda bersama Surya yang sedang duduk dan ya, pria itu tak bisa mengendalikan kursi rodanya sendiri. Bulan secara mendadak keluar dari tempat persembunyian, menahan kursi roda beserta Surya.
Dia mengambil tempat di depan Surya yang membuat Surya segera merangkul tubuh Bulan untuk menjadi pegangan agar tidak terlempar. "Tuan tak apa-apa?"
Surya mengangguk. Tatapan semua orang menatap pada Bintang dengan pandangan yang tak mengenakkan sama sekali. Namun Bintang yang menjadi pelaku utama untuk sesaat terpaku dan menyadari apa yang dia lakukan adalah sebuah kesalahan besar.
"Surya," lirihnya. Dia segera mendekat pada Surya dan Bulan, memusatkan perhatian ke arah sang kekasih pujaan. Dia pun mendorong jauh Bulan dari Surya yang makin menambah kesan jika Bintang bukan orang baik.
"Beraninya kau menyentuh Suryaku!" ucap Bintang ketika dirinya menatap tajam pada Bulan.
"Dia milikku! Kekasihku! kau yang hahya seorang pelayan rendahan tidak-"
"Menurut saya anda yang keterlaluan Nona." potong Genta. Lantas, Bintang menatap pada Genta masih dengan tatapan yang sama.
"Kalau Tuan ini kekasihmu seharusnya anda bisa menjaga dirinya dengan baik tapi anda malah mendorongnya dan juga harusnya anda berterima kasih karena berkat gadis ini kekasih anda tak apa-apa. Dia memperbaiki kesalahan anda dan ini yang dia dapatkan, apa anda punya malu tidak?"
❤❤❤❤
See you in the next part!! Bye!!