Pernikahan itu digelar sederhana dan sudah berlalu. Sebagai pengantin baru, Sean tidak menuntut malam pertama. Ia cukup bahagia dengan adanya Rahee di sisinya, tanpa perlu menempatkan diri sendiri di dalam tubuh istrinya. Ya, setidaknya Sean akan bertahan hingga Rahee yang meminta. “Apa kau baik-baik saja dengan kondisiku yang seperti ini?” Rahee selalu mempertanyakan kegilaan Sean yang bersikeras ingin mendampinginya, padahal Rahee sempat menolak untuk hidup bersuami. Sebab Rahee sadar diri, wanita cacat dengan rahim yang sudah rusak siapa yang mau? Tentu saja, orang gila. Dan orang gila itu adalah mantan suaminya. “Apa aku pernah bilang keberatan?” Sean membalikan pertanyaan, Rahee bungkam. Sean menunduk, ia mengecup pelipis Rahee dan berkata setelahnya, “Rahee, dengan berfungsi ata