“Jadi... kamu berpikir kalau aku dan Anggun.... begitu?” kata Rivaldi dengan sebelah kening naik melihat Malika yang malas-malasan menikmati es krimnya. Beberapa saat lalu, dia terpaksa menceritakan apa yang dilihatnya di ruang belajar. Mau bagaimana lagi? Rivaldi terus mendesaknya dan malah mengancamnya dengan hal yang memalukan jika tidak mau mengatakan apa yang mengusiknya sampai bertingkah menjaga jarak. “Malika? Kamu sungguh berpikir aku dan Anggun ada apa-apanya, ya?” lanjut Rivaldi tak percaya. “Aku sudah bilang kalau aku masih tahan bertemu dengannya semata-mata karena Kinnan. Kamu tahu bagaimana pentingnya Kinnan bagiku, bukan? Aku dan Kinnan merasa memiliki nasib yang sama. Kami ditinggalkan oleh orang yang kami sayangi, dan hanya bisa bersama seperti sebuah keluarga. Kamu jela

